Generasi stroberi, si kreatif yang mudah patah hati/Net
Generasi stroberi, si kreatif yang mudah patah hati/Net
KOMENTAR

GENERASI stroberi banyak sekali bermunculan di tahun yang serba kreatif dan membutuhkan kecepatan serta ketangkasan seperti sekarang ini. Generasi stroberi merupakan istilah yang menggambarkan karakter atau mentalitas generasi muda yang lembek, layaknya buah stroberi.

Tidak sedikit orang yang ‘gemas’ melihat tingkah laku generasi stroberi. Mereka sebenarnya memiliki banyak ide cemerlang dan bakat-bakat terpendam, hanya saja begitu rapuh jika dihadapkan pada kegagalan dan sangat lembek saat berhadapan dengan tantangan.

Orang tua tentu tidak menginginkan anak-anaknya masuk dalam kategori ‘generasi stroberi’ ini, bukan? Karena itu, kenali sejak dini apa saja yang membuat anak bisa ‘terjerumus’ ke dalam generasi stroberi.

Yang pertama, tumbuh di lingkungan yang lebih secure atau aman. Pola didik orang tua yang overprotective sering kali membuat anak tidak terbiasa dikritik, menghindari hal yang dianggap sulit, dan tidak mau mengambil risiko. Mereka akan selalu berusaha untuk ‘bermain cantik’ agar minim kritikan dan minim kesalahan.

Sayangnya, hal seperti ini justru menghambat munculnya ide-ide cemerlang yang kemungkinan bertumpuk di kepala. Mereka hanya akan melakukan dan menyelesaikan pekerjaan ringan, yang biasa orang lain kerjakan, tanpa mengambil improvisasi-improvisasi yang bermakna.

Kedua, hidup serba mudah. Perkembangan teknologi yang sangat pesat mendukung anak terbiasa untuk tidak bergerak untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Mau makan yang enak-enak, sambil duduk dan pegang handphone, makanan pesanan sudah ada di depan pintu.

Atau mau mengerjakan tugas-tugas kuliah, tinggal klik Google AI maka semua jawaban tersedia. Ribuan literasi diperoleh dengan mudah, tanpa harus bersusah payah pergi ke perpustakaan untuk mencari buku panduan.

Belum lagi dukungan orang tua yang cukup besar, yang kemudian membuat anak berpandangan hanya dengan menjentikkan jari, semua tersedia. Mudahnya seperti membalikkan telapak tangan, tanpa tenaga dan usaha yang berarti.

Dua hal di atas tentunya harus menjadi alarm bagi orang tua agar anak tidak tenggelam dalam generasi stroberi yang lembek dan rapuh.

Dan, orang tua memainkan peran penting untuk menghindari anak terjebak, beberapa di antaranya dengan melakukan hal-hal berikut:

  • Mengembangkan ketahanan emosional dan mental dengan melibatkan pembelajaran bagaimana cara menghadapi kegagalan, stres, dan tantangan dengan cara yang sehat.
  • Pelajari keterampilan hidup, seperti memasak dan mengurus keuangan sendiri.
  • Hadapi tantangan dan keluar dari zona nyaman untuk membangun ketahanan dan kepercayaan diri.
  • Fokus pada pendidikan karakter dan etika kerja.

Generasi stroberi memang terlahir di zaman yang serba mudah, tapi tidak berarti kemudahan tersebut membuat semakin malas bergerak. Justru, kemudahan tersebut bisa dijadikan cara untuk mencapai cita-cita.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting