Menghapus dosa kecil, membinasakan dosa besar/Net
Menghapus dosa kecil, membinasakan dosa besar/Net
KOMENTAR

APABILA mampu melihat dosa-dosa dengan cara yang terbaik, niscaya kesalahan dalam memahami kehidupan akan dapat dihindari. Pendosa seringkali melalaikan atau meremehkan perbuatan yang dipandangnya sepele, padahal jika tersandung, tergelincir, dan terjatuh disebabkan oleh kerikil atau batu kecil, akan sakit rasanya. Maka, berhati-hatilah!

Ada istilah sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Dosa-dosa kecil yang dilakukan berdasarkan ‘pemakluman’, sedikit demi sedikit bisa menjadi gunung dosa, yang saat longsor bisa mengubur kita.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin 7: Pintu Taubat (2013: 341) menerangkan, Nabi bersabda, “Orang mukmin melihat dosanya seperti gunung di atasnya, di mana ia khawatir gunung itu menjatuhinya. Sedangkan orang munafik melihat dosanya seperti lalat yang hinggap di atas hidungnya, lalu ia mengusirnya.” (HR. Bukhari)

 Rasulullah telah membuat suatu ibarat yang menarik dicermati. Tidak ada dosa kecil yang dapat diremehkan. Dosa tetaplah dosa. Jika terus ditumpuk, lama-kelamaan akan menjadi gunung dosa yang mengerikan.

Tidak ada keindahan atau keberkahan dalam gunung dosa, sebab ancaman longsor akan menenggelamkan kita dalam kehancuran. Itulah mengapa cara pandang terhadap dosa sangat menentukan keselamatan di dunia maupun akhirat.

Imam Al-Ghazali (2013: 341) kembali menjelaskan, sesungguhnya dosa menjadi besar di kalbu orang mukmin karena pengertiannya dengan keagungan Allah Swt. Lalu, apabila ia memandang besar kepada orang yang bermaksiat kepada Allah Swt, niscaya ia melihat dosa kecil itu menjadi besar.

Dan, dengan mengambil ibarat semacam ini, sebagian orang yang bermakrifat berkata, “Tidak ada dosa kecil, bahkan setiap pelanggaran adalah dosa besar.” 

Seperti itu pula sebagian sahabat berkata kepada para tabiin, “Sesungguhnya kalian melakukan perbuatan-perbuatan yang ia di matamu lebih halus daripada rambut, di mana kami menganggapnya pada masa Rasulullah Saw termasuk perbuatan dosa yang membinasakan (besar).”

Dalam islam dijelaskan ada perbedaan dosa besar dan ada dosa kecil. Lantas mengapa dosa kecil perlu dipandang besar?

Pertama, dosa-dosa kecil juga bisa membesar. Tanpa disadari, kita telah menabung dosa yang demikian mengerikan, yang bahkan kita pun tak mampu menghitungnya. 

Kedua, dosa-dosa kecilpun sama membinasakan. Inilah yang menjadi pertimbangan para ulama dalam mewaspadai dosa-dosa kecil. Pada hakikatnya, dosa itu sama-sama menjerumuskan pada kehancuran. Dosa kecil umpama kerikil, saat menginjaknya kita akan tergelincir, lalu terhempas ke dasar jurang.

Ketiga, jangan pernah sepelekan dosa sekecil apapun itu. Ini akan menjadi bumerang yang dapat mencelakakan diri sendiri. Tidak ada dosa yang sepele. Setiap dosa adalah pelanggaran yang akan dipertanggungjawabkan di hadirat Allah. 

Muslim yang baik memandang dosa kecil ibarat lalat yang hinggap di hidungnya. Meski lalat hanya makhluk kecil, tapi begitu hinggap langsung diusir. Begitu pula dengan dosa kecil, langsung disucikannya dengan tanpa menunda-nunda.

Akhirnya, marilah kita berupaya menghapus dosa-dosa kecil dengan memperbanyak taubat. Tidak ada dosa yang pantas disepelekan, karena apapun dosanya sama-sama menggiring kepada kebinasaan.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur