RELASI positif antara ayah dan anak sudah terbukti secara psikologis mampu mengembangkan emosi yang matang.
Anak yang mendapatkan pengasuhan, kehangatan, dan kehadiran utuh ayahnya, tidak akan mudah dilanda kecemasan, tidak akan lemah dalam kompetisi sosial, dan tidak akan memiliki self-esteem yang rendah.
Maka dari itu, ayah harus memiliki kedekatan yang erat dengan buah hatinya, agar anak dapat berkembang pola pikir dan kepribadian sosialnya.
Namun banyak ditemui saat ini, ayah yang enggan membersamai anaknya.
Di saat akhir pekan, saat seharusnya menjadi waktu berkumpul bersama keluarga, ayah justru acuh. Tak mampu bersikap hangat, tak mau mendekati anak dalam waktu lama. Justru lebih banyak membuka gawai.
Apa penyebabnya?
“Saya melihat ayah yang tidak mau terlibat dengan pendidikan anak di rumah adalah ayah yang tidak selesai dengan dirinya, ayah yang tidak bahagia dengan kariernya. Rumah tangga yang mudah bercerai adalah rumah tangga yang dipimpin oleh laki-laki yang tidak selesai dengan dirinya. Orang-orang yang tidak menjalani hidup sesuai dengan panggilan Allah itu efeknya ke mana-mana, di rumah jadi kasar, enggak mau didik anak, itu hasil riset juga,” ujar Ustaz Harry Santosa dalam laman psikologi pendidikan Bersama Tumbuh yang ditelusuri Farah.id.
Menurut Ustaz Harry, pada hari Sabtu dan Minggu (weekend), sekalipun ayah bersama ibu dan anak-anak pergi ke mal bersama, makan bersama, namun ayah tak hadir utuh. Karena bagi ayah, Sabtu dan Minggu bukanlah waktu untuk membersamai anak melainkan waktu untuk mengentaskan stres yang dialami dari Senin hingga Jumat.
Jika kondisi ini semakin banyak terjadi, maka tak heran bila sebuah bangsa menjadi fatherless country.
KOMENTAR ANDA