KEMENTERIAN Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mengatakan, satu dari empat perempuan mengalami kekerasan berbasis gender online (KBGO). Dari survey terungkap, korban KBGO itu paling banyak dialami usia remaja, yaitu antara 15-19 tahun, sebesar 19,8 persen.
Sebenarnya, jumlah di atas tidak mewakili fenomena kasus sebenarnya di Tanah Air. Sebab, korban memilih diam dan menutup diri dengan berbagai alasan, seperti malu dan nihil kepercayaan bahwa kasusnya akan berhasil diusut.
Padahal, KemenPPPA terus mengampanyekan “Dare to Speak Up” atau berani berbicara dan melaporkan setiap kasus kekerasan. Tidak hanya korban, tetapi saksi pun perlu melaporkan kekerasan yang dilihat guna mencegah meluasnya kekerasan. Apalagi, ada payung hukum dan perlindungan bagi korban serta saksi jika mau memberikan kesaksian dan laporannya.
Salah satu cara termudah untuk melapor adalah dengan menghubungi call center di nomor 129. Atau, melalui layanan pesan WhatsApp di 08111-129-129.
Saat melapor, korban atau saksi biasanya akan diminta untuk mengamankan sederet bukti. Dalam kasus love scamming, sebisa mungkin riwayat obrolan tidak pernah dihapus untuk merunut kronologi awal kejadian hingga pemerasan.
Jangan mudah tertipu
Ada dua hal penting yang bisa dilakukan agar tidak mudah tertipu love scamming dengan modus video call sex (VCS):
1. Lakukan Background Checking
Pelaku love scamming sangat mungkin menggunakan identitas palsu. Untuk mengetahuinya, coba telusuri followers dan following-nya. Misalnya, jika pelaku mengaku sebagai pilot, maka followers dan apa yang ia ikuti akan berkaitan dengan penerbangan dan rekan-rekan sesama profesi. Apabila tidak, sudah pasti itu adalah akun palsu.
2. Gunakan fitur riverse image
Caranya, ambil foto profil pelaku, kemudian masukan ke Google Image dan akan dicari foto yang sama. Nanti akan ditampilkan beberapa foto yang mirip dengan yang diupload. Nanti akan ketahuan akun aslinya.
Berani ‘Say No’
Saat komunikasi via online, pastikan tidak menampilkan area tubuh yang probadi. Jangan pernah mau untuk membuka daerah-daerah sensitif, mau itu bercanda, janji untuk dihapus atau tidak diapa-apakan, tetapi percaya bahwa hal itu akan menjadi ‘senjata makan tuan’.
Jadi, usahakan untuk berani ‘say no’ atau katakana tidak untuk hal-hal yang menyangkut area pribadi.
KOMENTAR ANDA