Penelitian dr Nawab John Dar terkait Alzheimer diharapkan membawa kebaikan untuk para pasiennya/Net
Penelitian dr Nawab John Dar terkait Alzheimer diharapkan membawa kebaikan untuk para pasiennya/Net
KOMENTAR

SEORANG ilmuwan asal Kashmir bernama dr Nawab John Dar, berhasil mendapatkan pengakuan internasional atas penelitian inovatifnya yang berfokus pada gangguan neurodegenerative, khususnya penyakit Alzheimer.

Penyedlidikan ilmiahnya telah mengungkap peran penting yang dimainkan oleh disregulasi zat besi dalam patologi Alzheimer, berkontribusi terhadap stress oksidatif dan kerusakan sel.

Penelitiannya bertujuan untuk memecahkan kode mekanisme molekuler rumit yang menghubungkan akumulasi zat besi, peroksidasi lipid, dan bentuk kematian sel yang bergantung pada zat besi, yang dikenal sebagai oksitosis atau ferroptosis.

Dalam menjalankan misi mulianya, khususnya di wilayah Jammu dan Kashmir, Dar mendirikan TELEPRAC, sebuah organisasi inovatif yang memanfaatkan teknologi modern untu memastikan akses layanan kesehatan yang adil.

“Tujuan saya adalah untuk membawa perubahan positif yang besar dalam layanan kesehatan, memastikan bahwa setiap individu memiliki akses layanan medis berkualitas dan terbebas dari penderitaan,” kata dr Dar, seperti dikutip Farah.id dari Kashmir Age.

Dar adalah lulusan dari Council of Scientific and Industrian Research (CSIR) Indian Institute of Integrative Medicine, Jammu, India. Ia memulai perjalanan yang berfokus pada penjelasan peran Wtihanolides dalam paradigma eksitotoksitas Glutamat/NMDA.

Dar kemudian mengejar postdoctoral fellowship-nya di RS St Boniface/Universitas Manitoba, Kanada, di bawah bimbingan Dr Gordon Glazner.

Di Kanada, penelitiannya didedikasikan untuk mengungkap mekanisme rumit yang mendasari neurogenesis, dengan fokus khusus pada peran protein alfa precursor amyloid yang disekresikan. Temuan Dar ini menjelaskan keterkaitan antara sinyal molekuler dan regenerasi otak, menawarkan perspektif baru mengenai proses mendasar yang mengatur perkembangan otak.

Pada 2019, ia memasuki babak baru dalam pengembaraan ilmiahnya dengan bergabung pada Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Texas, San Antonio. Di sana, ia memulai penyelidikan perintis mengenai peran glutathione peroksidase 4 (GPX4) dan fenomena oksitosis/ferroptosis pada model tikus yang mengidap penyakit Alzheimer.

Melalui penelitiannya, Dar mengungkap kosekuensi merugikan dari penurunan regulasi GPX4 dan peroksidasi lipid berikutnya, sehingga mengungkap deficit fungsional dalam diferensiasi sel induk saraf.

Saat ini, Dar menjabat sebagai ilmuwan terkemuka di The Salk Institute di California, Amerika Serikat. Kontribusinya telah membuatnya mendapatkan tempat yang didambakan dalam daftar bergengsi Marquis Who’s Who di Amerika dan dinominasikan untuk anggota penuh Sigma Xi.

Didirikan pada 1886, Sigma Xi memiliki sejarah yang kaya. Maknanya terletak pada membina komunitas ilmuwan, mendorong standar penelitian yang ketat, dan kerja sama interdisipliner, serta mengakui kontribusi luar biasa yang semuanya telah memajukan pengetahuan ilmiah dan inovasi di berbagai bidang.




Dukung Presiden Prabowo Bawa Ahli Medis India ke Indonesia, Andi Arief: Kasihan Rakyat Kecil Tidak Punya Jalan Keluar untuk Transplantasi Organ

Sebelumnya

Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News