ADA segudang trik yang dibagikan para psikolog agar para istri bisa disayang suami. Salah satunya adalah bagaimana menjadi istri yang suportif.
Secara definitif, istri suportif berarti istri yang mendukung apa yang dilakukan suaminya. Entah itu dalam karier, hobi, atau aktivitas sosial. Suami tentu membutuhkan juga menginginkan pasangan mendukung kegiatannya. Terlebih jika ada goal yang ingin dikejarnya.
Namun demikian, menjadi istri suportif tidak boleh dilakukan dengan ‘gelap mata’. Satu hal terpenting yang harus digarisbawahi, kita harus suportif terhadap hal positif, bukan kegiatan negatif apalagi yang melanggar syariat agama.
Menjadi suportif dalam cakupan yang paling sederhana adalah memastikan diri kita telah menjalankan peran sebagai istri dengan baik. Dengan begini, suami merasa tenang dan memiliki semangat untuk mengejar impian dan cita-citanya—yang tentunya berkaitan dengan kebaikan keluarga.
Istri suportif juga selalu menghargai dan tak pelit memuji pencapaian yang diraih suami. Besar ataupun kecil, setiap pencapaian sejatinya adalah langkah maju yang mesti diapresiasi.
Menjadi pasangan yang suportif juga bisa kita tunjukkan dengan cara mendampinginya saat ia sedang merasa khawatir atau takut untuk mencoba melakukan hal baru.
Kita memberinya insight, menjelaskan di mana kekuatan dan kesempatan yang bisa dicoba, sekaligus mengingatkan tantangan dan kelemahan apa yang masih harus diperbaiki sebelum menekuni hal baru.
Perlu diingat, menjadi supporter terbaik bukan berarti hanya menyemangati, melainkan juga menjadi kritikus terbaik. Kritik yang membangun dan berbalut motivasi merupakan bentuk dukungan terbaik yang dapat kita berikan sebagai istri.
KOMENTAR ANDA