Rapat dewan juri Sayembara Batik Haji Indonesia 2023 dipimpin Eny Yaqut Cholil Qoumas/Dok. Kemenag RI
Rapat dewan juri Sayembara Batik Haji Indonesia 2023 dipimpin Eny Yaqut Cholil Qoumas/Dok. Kemenag RI
KOMENTAR

KEMENTERIAN Agama RI menggelar Sayembara Desain Batik Haji Indonesia, dengan periode pengiriman desain secara daring pada 25 Agustus hingga 6 September 2023. Tercatat ada 422 peserta yang mengirimkan desain mereka dari seluruh Indonesia.

Saat ini, Sayembara Desain Batik Haji Indonesia telah memasuki babak penjurian.

Dewan juri sayembara ini beranggotakan lima orang yaitu Eny Retno Yaqut Cholil Qoumas (Penasihat DWP Kemenag RI), Irna Mutiara (Perancang Busana), Monika Jufry (Perancang Busana/Direktur Kreatif), Yufie Safitri (Perancang busana/Direktur Kreatif), dan Komarudin Kudiya (Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia).

Penilaian dewan juri meliputi orisinalitas, komposisi, estetika, hingga tingkat kerumitan dalam proses produksi. Kesiapan produksi menjadi penting karena batik haji tersebut akan dibuat dengan proses batik cap oleh perajin (pelaku UMKM).

Sayembara batik ini bukan semata untuk mengganti desain yang sudah digunakan selama lebih dari 10 tahun tapi juga sebagai simbol semangat baru dalam penyelenggaraan haji Indonesia.

Penelusuran Farah.id menunjukkan bahwa jemaah haji Indonesia untuk pertama kali mengenakan batik sebagai seragam haji pada musim haji tahun 1432 Hijriah/2011 Masehi. Batik tersebut merupakan karya perajin batik asal Solo bernama Widodo.

Saat itu, sayembara desain batik haji diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM pada pertengahan tahun 2010.

“Menteri Yaqut selalu menegaskan pentingnya semangat baru untuk menyelenggarakan haji, dan desain batik baru ini menjadi salah satu bagiannya. Batik haji menjadi satu terobosan, dengan desain yang diharapkan lebih menunjukkan wajah Indonesia,” ujar Staf Khusus Menteri Agama Bidang Media, Komunikasi Publik, dan Teknologi Informasi Wibowo Prasetyo saat mengikuti rapat dewan juri di kantor Kemenag RI (12/9).

“Desain batik haji Indonesia harus bisa mencirikan keindonesiaan dan menjadi identitas jemaah. Orang kalau melihat dari jauh, sudah bisa tahu kalau itu jemaah Indonesia. Batik ini juga akan memudahkan petugas membantu jemaah yang mendapat kesulitan,” sambungnya.

Tak hanya mendukung citra Indonesia di mata dunia, batik haji juga mendukung semangat ekonomi kreatif karena mengikutsertakan perajin batik UMKM untuk melakukan batik cap.

Tantangan di balik penggantian batik jemaah haji Indonesia

Penasihat DWP Kemenag RI Eny Yaqut Cholil Qoumas menyebutkan ada tiga tantangan di balik penggantian desain batik untuk jemaah haji Indonesia.

Yang pertama, bagaimana agar sayembara tersebut dapat berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi bisnis perajin batik UMKM di Tanah Air.

Yang kedua, mengganti batik printing yang digunakan selama 10 tahun terakhir dengan batik cap untuk menggeliatkan perajin batik UMKM.

“Dan yang terakhir, batik cap memerlukan monitoring berkelanjutan agar komposisi warna dan desain bisa sama, mengingat proses batik cap yang handmade berpotensi tidak sama persis,” tutup Eny Yaqut.




Kolaborasi Kementerian PPPA & Kementerian Komdigi Siap Perkuat Literasi Digital Perempuan dan Anak

Sebelumnya

Menag Nasaruddin Umar: Gerakan Kepramukaan Madrasah Harus Dikembangkan Demi Menyiapkan Generasi Adaptif dan Kreatif

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News