RIDHA Allah Swt. terletak pada ridha orang tua. Kalimat itulah yang kiranya menggambarkan perjalanan hidup Siti Nurlaila sebagai womanpreneur.
Laila, begitu ia akrab disapa, tak bisa melupakan momen yang sangat menyedihkan dalam hidupnya, yaitu ketika kehilangan ibunda tercinta. Sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara, sang bunda menitipkan pesan agar ia bisa memberi kasih sayang, perhatian, juga memberikan pendidikan yang layak bagi adik-adiknya.
Terlebih lagi di saat sang bunda berpulang, adik bungsunya masih duduk di bangku SMP, yang tentunya masih memerlukan kasih sayang juga bimbingan untuk menjalankan kesehariannya.
Wasiat sang bunda dipegang teguh oleh Laila. Ia pun mengurus adik-adiknya dengan sebaik-baiknya. Ia memberikan yang terbaik untuk mereka namun tetap mengajarkan mereka tentang kerendahan hati, etos kerja keras, juga bekal ilmu agama yang baik.
Laila boleh berbangga bahwa adik-adiknya telah berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi mereka. Adik laki-lakinya berhasil menamatkan kuliah kedokteran. Demikian pula si bungsu, telah menemukan passion-nya untuk berbisnis kue setelah lulus kuliah.
Keberhasilan adik-adiknya menjadi katalisator keberhasilan Laila sebagai pengusaha. Di balik kerja keras yang melibatkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya, banyak kreativitas dan inovasi tercipta.
Dan pada akhirnya menghasilkan keberhasilan demi keberhasilan. Hebatnya, semua itu tidak hanya membuat perekonomian keluarganya bertambah makmur tapi juga menjadikan mentalnya tertempa untuk menjadi pebisnis tangguh.
Tak hanya berhasil membawa adik-adiknya meraih sukses, ia pun sukses mengembangkan bisnis kulinernya yaitu Dapur Coet yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat. Inilah bisnis yang dibangun atas dasar kemauan, dan passion Laila dalam bidang kuliner. Iad mencurahkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk mempertahankan eksistensi Dapur Coet di tengah persaingan keras bisnis kuliner.
“Saya percaya bahwa apa yang saya peroleh saat ini adalah hasil doa Ibu saya dan keridhaan beliau karena saya berusaha keras menjalankan wasiatnya dengan baik,” ujar Laila kepada Farah Magazine.
Setelah ia telah menuntaskan fokus utamanya untuk membesarkan adik-adik hingga mereka mampu berdiri di atas kaki sendiri, Laila pun mulai mencurahkan perhatiannya untuk membesarkan bisnis. Prinsipnya, usaha keluarga harus bisa langgeng agar bisa diwariskan dari generasi ke generasi.
Dari kuliner, Laila juga mengembangkan bisnis properti. Ia mempelajari banyak hal baru dalam bisnis ini yang tentunya makin menambah wawasan dan keahliannya dalam berbisnis. Untuk properti, Laila menyasar target menengah ke atas, salah satunya keluarga muda yang ingin membeli rumah pertama yang dekat dengan lokasi bekerja kepala keluarga.
Menariknya, Laila memilih mengembangkan bisnis di Cikarang. Ia ingin Cikarang menjadi tempat yang tidak hanya maju industrinya tapi juga ramah dan bersahabat untuk keluarga. Sebagai warga Cikarang, ia ingin kotanya bermartabat dan sejahtera juga memiliki sarana dan fasilitas yang lengkap.
Menjadi perempuan pengusaha, kesibukan Laila sungguh luar biasa. Namun demikian, ia selalu berusaha menjaga kedekatan dengan keluarga. Dengan sang ayah, yang juga seorang pebisnis, dari beliaulah Laila mendapatkan insight tentang seluk-beluk dunia usaha. Ia belajar dari sang ayah bagaimana menghadapi situasi pasang surut bisnis dan bagaimana bertahan di tengah persaingan.
Hubungannya dengan sang ayah juga mengajarkan Lila untuk bersikap tegar dan kuat. Laila mengakui, berpuluh tahun hidup dengan kewajiban yang besar, yang bagi Sebagian orang mungkin dianggap tidak mudah, begitupun baginya. Namun ia terus belajar mengolah hati untuk memiliki perasaan ikhlas dalam menerima apa yang terjadi dalam hidupnya. Dan itu menurutnya bukan hal yang mudah dilakukan.
Dari pengalaman hidupnya, Laila akhirnya memahami bagaimanapun orang tua memperlakukan buah hatinya, anak harus tetap berbakti. Karena bakti itulah yang kelak membuka gerbang kesuksesan untuk si anak.
“Seiring berjalan waktu, saya makin diberi kekuatan oleh Allah. Terkadang saya tidak menyangka, jika melihat lagi ke belakang, semua ujian itu ternyata bisa saya lewati,” ungkap Laila.
Sementara dari sang bunda, ia belajar untuk menomorsatukan keluarga. Sang bunda memperlihatkan bagaimana keluarga adalah harta terindah yang akan menjadi support system terbaik dalam kehidupan.
Sang bunda, benar-benar menjadi teladan bagaimana menjadi perempuan yang tangguh dalam mengurus anak-anaknya dan juga menjadi mandiri, terutama dalam bidang ekonomi. Tentang bagaimana perempuan harus memiliki keterampilan yang dapat menjadi kekuatannya.
Kompak bersama sang putri, Kyra Ayudia
Karena itulah, di tengah kesibukannya, Laila tak pernah mengabaikan keluarga—terutama untuk si buah hati. Memiliki putri semata wayang, ia berusaha selalu hadir untuk putrinya. Namun meskipun memberikan fasilitas terbaik termasuk dalam urusan pendidikan, Laila juga menempa mental anaknya untuk tidak menjadi manja dan selalu bersyukur.
Menurut Laila, anaknya harus memahami perjuangan orang tuanya, bagaimana jatuh bangun membangun usaha. Tidak ada yang instan, semua butuh kerja keras.
Demikian pula sang suami yang tak henti memberikan dukungan dan tentunya tempat berkeluh kesah. Laila bersyukur ia memiliki suami dan anak yang menjadikannya perempuan kuat seperti sekarang.
Sadar bahwa roda kehidupan terus berputar, Laila pun mulai mempersiapkan putrinya untuk bisa meneruskan bisnis yang telah ia rintis dan kembangkan. Terlebih lagi dengan perkembangan zaman yang diisi kemajuan teknologi, ia merasa generasi muda saat ini memiliki pemikiran yang out of the box untuk bisa memajukan bisnis. Alhamdulillah, sang putri pun menyukai dunia entrepreneur dan antusias untuk menjadi pebisnis.
KOMENTAR ANDA