Swedia jadi satu dari enam negara dengan literasi terbaik/Net
Swedia jadi satu dari enam negara dengan literasi terbaik/Net
KOMENTAR

PANDEMI COVID-19 sudah usai, sehingga tidak ada alasan lagi untuk menggunakan gawai dalam proses kegiatan belajar mengajar. Hampir di seluruh negara telah kembali ke sekolah tatap muka. Dan bagi negara-negara maju, gawai sudah tidak lagi diperlukan.

Kebiasaan ini mulai diterapkan di sejumlah negara maju di Eropa. Mereka kembai memperkuat pembelajaran berbasis rujukan ke buku dan teks cetak. Tidak hanya itu, siswa pun mulai dibiasakan kembali untuk menulis tangan.

Menurut negara-negara tersebut, metode yang oleh sebagian masyarakat global dianggap jadul dan ketinggalan zaman ini, justru mampu membekali manusia modern dengan kemampuan literasi yang kuat.

Salah satu negara yang mulai menerapkan ‘sistem jadul’ ini adalah Swedia. Kementerian Pendidikan setempat secara resmi mengumumkan menghentikan pemakaian gawai elektronik di dalam pembelajaran, khususnya untuk siswa berusia enam tahun ke bawah, mulai tahun ajaran 2023-2024.

Kebijakan ini dibuat agar murid-murid di pendidikan anak usia dini (PAUD) lebih sering memanfaatkan perpustakaan, bertanya langsung kepada guru, dan belajar menulis untuk memperbanyak latihan motorik halus dan kasar secara menyenangkan.

Pemerintah Swedia sadar, selama ini telah mengakrabkan murid-murid PAUD dengan gawai, terutama selama pandemi terjadi. Akibatnya, mereka terbiasa bermain gin pendidikan dengan gawai dan terbiasa menggunakan internet untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

Lalu, para muris secara independent berselancar ke berbagai situs untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tugas. Tetapi, tidak sedikit pula yang memanfaatkannya untuk hal-hal ‘nakal’, sehingga akses ke pornografi menjadi lebih mudah.

Secara tataran global, Swedia masih berada di peringkat atas terkait literasi masyarakatnya. Namun begitu, menurut pantauan Kementerian Pendidikan setempat, ada tren kemerosotan nilai literasi sepanjang periode 2016-2021.

Di sini, kemampuan literasi generasi muda Swedia, terutama Generasi Z, tidak secakap generasi sebelumnya. Karenanya, budaya literasi dan menulis tangan kembali dibangkitkan, dengan harapan motorik halus dan kasar anak-anak Swedia kembali terasah. Mereka akan kembali memenuhi perpustakaan dan gemar menulis.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News