INDONESIA pada umumnya tengah mengalami perubahan iklim cukup ekstrim beberapa bulan belakangan.
Hampir tiap hari, masyarakat merasakan suhu udara yang panas ketika berada di luar rumah. Hal ini menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kemarau panjang akan berlangsung hingga Oktober.
"Meski di beberapa wilayah mengalami curah hujan namun sangat rendah," tulis BMKG.
Sementara itu, Kementerian Agama menyebutkan fenomena seperti ini bakal terjadi hingga akhir tahun di wilayah lainnya.
“Kementerian Agama mengimbau umat Islam untuk melaksanakan Salat Istisqa' atau salat meminta hujan,” terang Menag Yaqut Cholil Qoumas dilansir Farah.id dari laman resmi Kemenag, Sabtu (16/9).
Dia menuturkan, pelaksanaan salat Istisqa merupakan bagian dari ikhtiar batin sekaligus untuk memohon agar tuhan YME, Allah SWT menurunkan hujan yang lebat merata.
"Serta mengairi, menyuburkan, bermanfaat tanpa mencelakakan, segera tanpa ditunda. Amin,” ujarnya.
Sesuai dengan namanya, al-istisqa' ialah meminta curahan air penghidupan (thalab al-saqaya). Para ulama Fiqh mendefinisikan Salat Istisqa' sebagai salat sunah muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan.
Yaqut menjelaskan, salat Istisqa pernah dilakukan pada zaman Rasulullah Saw.
Di mana terdapat dalam hadis diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. disebutkan, “Nabi Muhammad Saw keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau salat dua rekaat bersama kita tanpa azdan dan iqamat."
Kemudian, lanjutnya, rosul berdiri untuk khutbah dan memanjatkan doa kepada Allah SWT dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat.
"Serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya," dikutip dari HR. Imam Ahmad.
Tak lupa, dirinya pun menerangkan tata cara Salat Istisqa sesuai dengan hadist tersebut.
Pertama, dia menyebutkan, pelaksanaan Salat Istisqa' sama dengan Salat Idulfitri/Iduladha.
Sesudah Takbiratul Ihram, melakukan takbir 7 kali pada rakaat pertama, dan 5 kali takbir pada rakaat kedua. Setelah membaca Surat Al-Fatihah dan lainnya, lalu rukuk, sujud hingga duduk tahiyyat kemudian salam.
Kedua, khatib menyampaikan khotbah sama seperti khotbah Idulfitri/Iduladha. Khotbah dianjurkan mengajak umat Islam untuk bertaubat, meminta ampun atas segala dosa, serta memperbanyak istighfar dengan harapan Allah SWT mengabulkan apa yang menjadi kebutuhan umat Islam dan makhluk hidup lainnya pada saat kemarau panjang.
KOMENTAR ANDA