KEMENANGAN gemilang muslimin di berbagai peperangan tidak sepenuhnya diraih berkat jasa kaum lelaki. Tidak terbantahkan lagi, ada deretan muslimah berhati singa yang terjun di medan laga. Keberanian mereka seperti sepi dari bahasan, padahal sudah menorehkan jasa yang berharga.
Di atas kertas, sulit sekali bagi kaum muslimin memenangkan Perang Badar dan Perang Uhud, sebab jumlahnya yang sangat sedikit. Keputusan Rasulullah mengikutsertakan kaum hawa adalah sesuatu yang berisiko. Kalau sekiranya umat Islam kalah, muslimah-muslimah itu akan terancam kehormatannya.
Terlepas dari kokohnya keyakinan bahwa kebenaran akan menang, jangan dilupakan juga bahwa para muslimah yang terjun dalam peperangan adalah mereka yang tergolong muslimah pilihan.
Para muslimah itu memiliki keberanian yang menyala-nyala di dada, nyali mereka sudah tidak diragukan lagi. Rasulullah juga telah lebih dulu menanamkan semangat jihad yang menakjubkan, sehingga beliau bisa menata keberanian mereka secara cermat.
Di medan perang, Nabi Muhammad pun memberikan tugas-tugas mulia yang tentunya tidak mudah ditunaikan. Ahmad Khalil Jam'ah dalam buku 70 Tokoh Wanita dalam Kehidupan Rasulullah (2019: 159) menuliskan, Ar-Rubayyi’ sangat suka ikut perjalanan jihad yang telah dimulai oleh ayahandanya di Perang Badar. Ia berangkat bersama Nabi Saw untuk mengikuti berbagai peperangan dengan tujuan mendapatkan pahala dan balasan yang telah disediakan oleh Allah Swt bagi para mujahidin.
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata mengenainya, “Ia berangkat bersama Rasulullah untuk mengikuti berbagai peperangan guna mengobati para mujahidin yang terluka dan memberi minum bagi mereka yang kehausan."
Hal yang samatertulis di takhrij Bukhari Rahimahullah.
Kesetaraan juga dipersembahkan Islam terhadap kaum hawa, bahwa keberanian bukan hanya dimiliki kaum lelaki, karena jiwa ksatria juga merupakan hak perempuan. Oleh sebab itu, para perempuan unggulan mendapatkan tempat terhormat dalam barisan pasukan Islam.
Mahmud Mahdi Al-Istambuli dalam buku Wanita Teladan (2020: 270) mengatakan, Rubayyi' tidak pernah merasa keberatan untuk turut serta bersama kaum muslim lainnya berjihad di jalan Allah. Dia selalu mengerahkan segala yang ia bisa, seperti mengobarkan semangat, mengatur perbekalan, dan lain-lainnya.
Ketika situasi menuntut dia untuk ikut terjun ke tengah-tengah pertempuran, dia pun langsung bergabung dengan pasukan berkuda yang gagah berani guna memerangi musuh-musuh Allah dan menangkis serangan mereka.
Dalam situasi medan perang yang keras, peran Ar-Rubayyi' dalam memberikan perawatan medis dan air minum kepada para mujahidin menjadi sangat penting. Tindakan ini tidak hanya membantu menjaga kesehatan fisik para prajurit, tetapi juga memelihara semangat dan moral mereka.
Selain memberikan perawatan medis, Ar-Rubayyi' juga terlibat dalam tugas yang penuh pengorbanan. Mengangkat jenazah para mujahidin yang gugur dalam perang adalah tindakan mulia yang menunjukkan dedikasi Ar-Rubayyi' terhadap perjuangan Islam.
Kisah Ar-Rubayyi' adalah bukti nyata tentang peran penting yang dapat dimainkan oleh muslimah dalam perang. Mereka bukan hanya penonton pasif di belakang garis depan, tetapi aktif terlibat dalam memberikan dukungan fisik dan moral kepada mujahidin.
Semangat, keberanian, dan dedikasi Ar-Rubayyi' harus menjadi sumber inspirasi bagi semua muslimah yang ingin berkontribusi dalam menjaga keamanan umat Islam.
Melalui kisah Ar-Rubayyi', kita dapat memahami betapa besar kontribusi mereka dalam momen-momen bersejarah seperti Perang Badar dan Perang Uhud, yang merupakan perang yang tergolong sangat berat.
Peran penting ini menggarisbawahi bahwa Islam menganjurkan kesetaraan gender dalam semangat jihad. Islam juga memberikan wadah bagi perempuan menunjukkan nyali mereka.
Mereka bukan hanya penerima manfaat dari perjuangan mujahidin, tetapi juga bagian yang aktif dalam memastikan keberhasilan perang dengan memberikan dukungan nyata. Semangat dan dedikasi seperti ini adalah yang membantu Islam berkembang dan bertahan dalam berbagai tantangan sepanjang sejarah.
KOMENTAR ANDA