Pemerintah India terus melakukan deteksi infeksi virus Nipah usai menelan enam korban jiwa/Net
Pemerintah India terus melakukan deteksi infeksi virus Nipah usai menelan enam korban jiwa/Net
KOMENTAR

HINGGA 17 September kemarin, India melaporkan sudah ada enam kasus infeksi virus Nipah (NiV). Diketahui, virus ini ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis) dan dapat pula ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antar manusia.

Virus ini cukup mengkhawatirkan, mengingat hingga saat ini belum ada vaksin yang bisa mengobatinya. Apalagi, penyakit ini menyebabkan berbagai penyakit muli dari infeksi tanpa gejala hingga penyakit pernapasan akut dan ensefalitis (radang otak) yang fatal.

Karenanya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membeberkan gejala infeksi virus Nipah agar menjadi perhatian serius masyarakat, yaitu demam, sakit kepala, myalgia (nyeri otot), muntah, dan sakit tenggorokan. Biasanya gejala-gejala ini juga diikuti dengan pusing, mengantuk, perubahan kesadaran, dan tanda-tanda neurologis yang mengindikasikan ensefalitis akut.

Dalam fase lanjutnya, bisa jadi orang yang terinfeksi NiV mengalami pneumonia atipikal dan masalah pernapasan yang parah, seperti gangguan pernapasan akut.

Sayangnya, tanda dan gejala awal infeksi virus Nipah tidak spesifik dan sering kali tidak dicurigai. Itu mengapa diangnosis yang akurat sering terhambat sehingga tindakan pengendalian menjadi kurang efektif dan tepat waktu dalam merespon aktivitas virus.

Apabila demikian, radang otak atau ensefalitis dan kejang bisa saja terjadi. Gejala ini umumnya berkembang menjadi koma dalam waktu 24 hingga 48 jam. Memang, ada beberapa orang yang selamat dari ensefalitis dapat sembuh total, tetapi tetap ada kondisi neurologis jangka panjang yang dilaporkan. Sebut saja gangguan kejang dan perubahan kepribadian. Ini yang menyebabkan kekambuhan pada orang yang sudah dinyatakan sembuh.

Itulah mengapa virus ini menjadi sangat berbahaya. Bahkan tingkat kematiannya mencapai 40 hingga 75 persen. Angka ini bervariasi berdasarkan wabah, tergantung pada kemampuan pihak setempat dalam surveilans epidemiologi dan manajemen klinis.

Apalagi, sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang spesifik untuk infeksi virus Nipah, meskipun WHO telah mengidentifikasinya sebagai penyakit prioritas dalam Cetak Biru Penelitian dan Pengembangan WHO.

Perawatan suportif intensif dianjurkan untuk mengobati komplikasi pernapasan dan neurologis yang parah.




Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Sebelumnya

Timnas Indonesia Raih Kemenangan 2-0 atas Arab Saudi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News