DALAM bahasa Arab, perempuan dan cermin punya akar kata yang sama. Perempuan dalam bahasa Arabnya mar’ah, sedangkan cermin adalah mir’ah. Jika ditaruh berdampingan, mar’ah dan mir’ah sangat jelas sekali kemiripannya. Kabar-kabarnya, sebab musabab nama yang dekat ini tidak terlepas dari perempuan yang memang gemar bercermin.
Begitulah kenyataannya, dalam keseharian memang wanita suka berlama-lama di depan cermin. Perenpuan perlu cermin besar untuk mematut-matutkan diri, hingga ada yang memiliki ruangan rias dengan cermin sebagai dindingnya. Saat berpergian pun perempuan tidak lupa membawa-bawa cermin dalam tasnya. Smartphone pun beralih fungsi menjadi kaca.
Dalam dongeng juga diceritakan tentang seorang penyihir cantik yang setiap hari bertanya, “Wahai cermin ajaib, siapakah wanita paling cantik di dunia?”
Setiap hari pula cermin itu mengatakan, “Engkaulah yang tercantik!”
Ya, bagi perempuan cermin adalah sahabat sejati untuk mencermati kecantikan. Tapi ingatlah, cantik yang terlihat di cermin bukanlah segalanya, karena kecantikan yang tidak tampak di cermin adalah yang terdahsyat.
Artinya, cantik lahiriah memang boleh disyukuri, tapi kecantikan batiniah adalah sesuatu yang abadi. Keindahan hati manusia lebih cantik daripada yang terpampang di cermin. Hati yang suci akan tertarik dengan kecantikan dari dalam diri yang pesonanya sangatlah memukau.
Jangan sampai terjadi seperti yang dikatakan pepatah, buruk muka cermin yang dibelah. Tidak perlu kita kecewa dengan pudarnya kecantikan, sebab fisik hanyalah lapisan luar saja. Hakikat manusia adalah kecantikan apa yang dipancarkan oleh hatinya.
Namun, ada lho level yang lebih tinggi daripada itu semua, yaitu bahwa perempuan yang beriman dapat menjadi cermin bagi orang lain.
Abdul Qadir Isa pada bukunya Hakekat Tasawuf (2005: 25) menjelaskan, Nabi Muhammad bersabda, “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lain." (HR. Bukhari dan Abu Daud)
Muslimah yang cantiknya bercahaya dari keindahan hatinya bisa menjadi cermin tempat mematut diri bagi para wanita lainnya. Tatkala berjumpa dengan perempuan beriman itu, orang-orang lain bercermin kepada kemuliaan dirinya, keagungan akhlaknya dan ketinggian budi pekertinya, yang menasbihkan dirinya dalam kecantikan yang paling menakjubkan.
Hadis ini memiliki makna yang dalam dan relevan dalam konteks kecantikan. Ini mengingatkan bahwa tindakan dan perilaku tidak hanya mempengaruhi diri kita sendiri, tetapi juga orang-orang lain di sekitar.
Agar seorang mukminah dapat menjadi cermin yang indah bagi wanita lainnya, perlu diperhatikan beberapa aspek penting, yaitu akhlak yang baik. Salah satu cara untuk menjadikan diri kita sebagai cermin yang indah bagi orang lain adalah dengan memiliki akhlak yang baik. Kriteria ini mencakup sifat-sifat seperti kejujuran, kesabaran, kasih sayang, dan kerendahan hati.
Tatkala berinteraksi dengan orang lain dengan akhlak yang baik, kita akan mengilhami mereka untuk melakukan kebaikan yang sama, sehingga mereka pun mendapatkan kecantikan yang utama pula.
Penampilan fisik juga memiliki peran penting dalam Islam. Nabi Muhammad senantiasa menekankan untuk menjaga kebersihan dan penampilan yang rapi. Dengan begitu, mereka akan menjadi cermin yang baik bagi perempuan lainnya.
Perilaku adalah faktor penting dari bagaimana kita mempengaruhi orang lain. Menjaga tindakan yang baik, seperti tidak berbohong, tidak mencuri, dan menjauhi perbuatan maksiat, adalah cara untuk menjadi cermin yang cantik bagi sesama perempuan.
Sebagai cermin yang cantik, kita juga harus siap membantu orang lain. Nabi Muhammad mengajarkan untuk peduli terhadap sesama dan memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. Dengan melakukan ini, kita akan menjadi teladan bagi orang lain pada aspek pemberian kasih sayang dan kepedulian.
Dalam Islam, menjadi cermin yang cantik bagi orang lain adalah tanggung jawab kita sebagai mukmin. Dengan demikian, kita dapat menginspirasi dan membimbing mereka menuju kebaikan dengan cerminan yang indah.
KOMENTAR ANDA