Di antara karya Prof. Dr. Mahmud Yunus/NET
Di antara karya Prof. Dr. Mahmud Yunus/NET
KOMENTAR

SOSOK Prof. Dr. Mahmud Yunus dikenal sebagai ahli tafsir dan penulis kamus Bahasa Arab yang karya-karya dipakai banyak santri dan para ustaz di pondok pesantren di seluruh Indonesia hingga saat ini.

Keberlangsungan karya-karya Prof. Mahmud Yunus ini dijaga betul oleh pihak keluarga. Karya-karya tersebut menjadi legacy bagi anak cucu dan tentunya menjadi sumbangsih besar, tak hanya bagi dunia pendidikan Islam dan literasi tapi juga bagi bangsa Indonesia.

Mengabadikan karya Prof. Mahmud Yunus, pihak keluarga pun meneruskan warisan tersebut.

Adakah perubahan yang dilakukan?

Pihak keluarga yang ditemui Farah.id dalam acara Islamic Book Fair 2023 di Istora Senayan, Jakarta (20/9) menjelaskan bahwa demi menjaga orisinalitas karya Prof. Mahmud Yunus, maka tafsir Qur’an dan kamus Bahasa Arab tidak mengalami perubahan isi.

Yang terutama adalah menjaga kualitas hasil cetak agar tidak ada kesalahan cetak dan mutu produk yang baik.

Dijelaskan oleh pihak keluarga, penambahan bisa terjadi pada isi kamus mengingat ada istilah baru yang disematkan untuk sejumlah hal yang baru muncul, misalnya di bidang teknologi atau kesehatan. Tidak sembarang menambahkan, keluarga lebih dulu berkonsultasi dengan para ahli untuk memastikan kata yang bisa dimasukkan ke dalam kamus.

Penerbit Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah memastikan bahwa edisi baru yang memuat istilah-istilah baru itu sudah disetujui oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Mengenal Prof. Dr. Mahmud Yunus

Penelusuran Farah.id menunjukkan bahwa Prof. Dr. Mahmud Yunus dilahirkan di Tanah Datar, Sumatra Barat pada 10 Februari 1899. Dia dikenal sebagai ahli tafsir Al-Qur’an dan ulama yang berjasa besar bagi pendidikan Islam di Indonesia.

Alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo ini memperjuangkan masuknya mata pelajaran Pendidikan Agama ke dalam kurikulum nasional saat menjabat di Departemen Agama RI.

Sepanjang hayatnya, Prof. Dr. Mahmud Yunus sudah menulis setidaknya 75 buku. Dua di antaranya yaitu Kamus Arab-Indonesia dan Tafsir Qur’an Karim hingga kini masih digunakan untuk pengajaran di madrasah maupun pondok pesantren.

Atas dedikasi intelektualnya, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menganugerahinya gelar doktor kehormatan bidang tarbiyah.

Prof. Mahmud Yunus meninggal dunia pada 16 Januari 1982. Namanya kemudian diabadikan ke dalam UIN Mahmud Yunus Batusangkar.




Festival Pilkada “Jakarta Oh Jakarta” 2024: Ruang Interaktif yang Menghubungkan Warga dengan Program 3 Paslon

Sebelumnya

Rexona Run 2024 Diikuti 3.500 Pelari yang Tunjukkan Semangat #LanjutTerus

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel C&E