ADA banyak pertimbangan dalam memilih nutrisi MPASI, ada yang membuatnya sendiri dengan beragam kreasi atau memilih fortifikasi dengan berbagai alasan, hingga MPASI pinggir jalan. Terkait MPASI fortifikasi yang sedang ramai diperbincangkan, apakah mampu mendukung tumbuh kembang anak di 1000 hari pertama kehidupannya?
Dr Mas Nugroho Ardi Santoso, SpA, MKes, seorang profesional medis dari Surabaya menjelaskan, 1000 hari pertama kehidupan (HPK) adalah fase terpenting dalam membentuk dan membangun kualitas gizi anak. Kualitas pada 1000 HPK sangat menentukan keberlangsungan kehidupan anak di masa depan, salah satunya membentuk seluruh organ penting dan sistem tubuh.
Perkembangan yang dimulai adalah kesehatan saluran cerna, perkembangan organ metabolik, perkembangan kognitif, pertumbuhan fisik, dan kematangan sistem imun. Sebanyak 80 persen perkembangan otak manusia terjadi pada masa 1000 HPK, dan sisanya terjadi hingga mereka dewasa.
Karena itu ibu harus memperhatikan betul asupan nutrisi pada fase MPASI saat usia anak di atas 6 bulan. Anak sudah sangat perlu diberikan dukungan asupan lain melalui makanan pendamping ASI (MPASI).
MPASI yang mendukung tumbuh kembang optimal adalah yang diberikan tepat waktu, cukup kalori, protein, lemak, vitamin, mineral, higienis dan responsif. MPASI yang kurang dalam kuantitas dan kualitas dapat menyebabkan anak gagal tumbuh dan jika berlangsung dalam waktu lama akan menjadi pemicu malnutrisi dan stunting.
Permasalahannya, bagaimana ibu bisa memastikan kualitas nutrisi makanan?
Jika ibu memilih mengolah sendiri atau membelinya di pinggir jalan, sulit untuk menakar kandungan nutrisinya. Sebagai gambaran, bayi berusia 6 bulan ke atas membutuhkan asupan zat besi sebanyak 11 mg/hari. ASI hanya menyediakan sekitar 3% dari 11 mg zat besi, sehingga sisanya perlu diperoleh dari MPASI.
Makanan kaya zat besi seperti daging sapi, hati sapi atau ayam, dan ikan harus dikonsumsi dalam jumlah sekitar 400g untuk memenuhi kebutuhan zat besi harian. Tentunya itu tidak mungkin dengan kapasitas lambung bayi yang terbatas.
Di sinilah MPASI fortifikasi sangat bisa digunakan sebagai alternatif nutrisi pendukung tumbuh kembang oleh karena kelebihannya, yaitu sudah ditambahkan vitamin dan mineral sesuai kebutuhan harian.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bayi berusia 6-24 bulan yang mengkonsumsi MPASI fortifikasi mencatat kadar hemoglobin, zat besi, dan ferritin (pengikat zat besi) yang lebih tinggi dibanding dengan bayi yang mengkonsumsi MPASI homemade.
Dalam berbagai penelitian lain juga telah dibuktikan bahwa nutrisi fortifikasi dapat mendukung pertumbuhan anak secara positif.
Karenanya ibu diharapkan bijak dalam menyikapi nutrisi MPASI. Jika bisa memastikan kualitas nutrisi seimbang sesuai kebutuhan anak, tidak apa membuat makanan olahan di rumah. Tetapi tidak juga harus dipaksakan atau idealis untuk anti terhadap nutrisi fortifikasi – padahal di saat yang sama nutrisi anak justru tidak tercukupi karena makanan olahannya tidak berkualitas.
Mari fokus pada kebutuhan nutrisi seimbang anak, terlepas apakah berasal dari nutrisi olahan sendiri atau dibantu oleh nutrisi fortifikasi.
Disamping itu juga para ibu disarankan untuk terus menambah wawasan terkait tumbuh kembang dari sumber-sumber yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga lebih bijak dalam mengambil keputusan.
KOMENTAR ANDA