KEHIDUPAN manusia makin sesak dengan kesibukan. Seolah waktu 24 jam tidak cukup dalam sehari untuk mengerjakan berbagai hal yang menjadi keinginan kita.
Di tengah hiruk-pikuk dunia yang kian bising, terlebih bagi kita yang hidup di Indonesia, beberapa bulan ke depan akan menjadi waktu yang melelahkan, dan bukan tak mungkin akan menguras pikiran dan energi.
Penyebabnya sudah tentu adalah pesta demokrasi lima tahunan yang siap digelar tahun depan. Pemilihan calon legislatif, kepala daerah di seluruh Indonesia, hingga pemilihan pemimpin negara sudah pasti menghadirkan ingar-bingar yang bisa memekakkan telinga.
Jika melirik lima tahun silam, perpecahan antarsesama anak bangsa akibat perbedaan pilihan tidak bisa dihindari. Bahkan masih ada yang terbawa emosi hingga hari ini. Padahal tokoh yang digadang-gadang berseteru itu sudah berteman baik.
Di saat ini, kita amat butuh tabayyun.
Secara bahasa, tabayyun artinya mencari kejelasan tentang suatu hal hingga jelas dan kondisi sebenarnya bisa diketahui. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga telah memasukkan “tabayun” ke dalam data, dengan arti “pemahaman atau penjelasan”.
Sedangkan secara istilah, tabayyun bisa dimaknai sebagai kegiatan meneliti dan memfilter sebuah informasi atau berita, tidak terburu-buru memutuskan suatu permasalahan (baik secara hukum maupun kebijakan) hingga terang-benderang duduk persoalannya. Dengan demikian, tidak ada pihak yang merasa dizalimi dan perpecahan pun bisa dihindari.
Dari Al-Qur’an, kita bisa melihat terjemahan ayat 6 surah Al-Hujurat, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Asbabun nuzul atau sebab turunnya ayat tersebut sebenarnya mengacu pada peristiwa di zaman Rasulullah saw. yang menyangkut Al Haris dan Al Walid ibnu Uqbah.
Kisah yang memperlihatkan betapa penting tabayyun saat kita mendapat penjelasan dari orang lain, yang jika hanya ditangkap setengah-setengah atau bahkan kita percaya begitu saja padahal itu adalah fakta yang diputarbalikkan, maka bisa berakibat pada permusuhan, perpecahan, dan peperangan.
Maka marilah menjadi anak bangsa yang mampu bertabayun tanpa emosi. Ketika kita mencari fakta, maka kita berpikir logis, kita bertumpu pada bukti. Kita tidak boleh membiarkan emosi menguasai. Karena saat kita kadung merasa benci pada seseorang, sebaik apa pun prestasi yang ditorehkan orang itu, kita akan selalu memandangnya rendah.
Konstelasi politik menjelang 2024 akan bergerak dinamis. Yang dulu lawan kini bisa jadi kawan, begitu juga sebaliknya. Rakyat akan dihadapkan pada banyak sekali nama, wajah, dan janji-janji. Tiba saatnya untuk memilih orang dari track record-nya, dan mudah-mudahan kita berkesempatan mengetahui dengan baik siapa yang akan kita pilih menjadi pemimpin.
Bertabayunlah dengan cerdas.
KOMENTAR ANDA