Berbicara jujur akan membuat hati menjadi tenang/Net
Berbicara jujur akan membuat hati menjadi tenang/Net
KOMENTAR

BANYAK sekali teladan Nabi Muhammad Saw yang bisa diikuti dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Teladan ini dapat menuntun kita ke jalan kebenaran, menuntut pada hidup yang tentram dan damai, menuntun pada kondisi sosial yang lebih baik.

Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah”. (Qs al-Ahzab ayat 21)

Di antara teladan dan uswah hasanah Nabi yang perlu kita contoh adalah sifat jujur. Sebelum Isla didakwahkan oleh Rasulullah Saw, kaum Quraisy menjuluki Nabi sebagai al-amin atau orang yang dapat dipercaya. Rasulullah adalah orang yang memiliki sifat jujur, bahkan jauh sebelum Allah memilihnya menjadi Nabi.

Begitu pula saat Nabi mengikuti pamannya Abdul Muthalib berdagang, ia dikenal sebagai sosok yang jujur, tidak pernah menipu pembeli atau orang yang pernah menjadi majikannya, tidak pernah mengurangi timbangan, apalagi melakukan sumpah palsu.

Dikisahkan, suatu hari Nabi Muhammad berselisih paham dengan seorang pembeli ketika berdagang di negeri Syam. Sang pembeli kemudian meminta Nabi untuk bersumpah atas nama Lata da Uzza. Namun, permintaan itu ditolak Nabi.

Rasulullah bersabda, kejujuran akan menunjukkan pada kebaikan yang berujung pada surga. Kejujuran merupakan sebuah karakter tulus dan murni dalam diri seseorang yang perlu dibiasakan.

“Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing pada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing pada surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring pada kejahatan dan kejahatan akan menjerumuskan ke neraka. Seorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah”. (AR Bukhari)

Kejujuran dapat menjanjikan jiwa tenang dan tidak gelisah, dan kebohongan akan selalu membuat jiwa gelisah karena takut akan terbongkar. Orang yang berbohong tidak jarang akan melakukan kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan pertama hingga seterusnya.

“Tinggalkan dan beralihlah dari sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang lain yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedang dusta menggelisahkannya”. (HR At-Tirmidzi)




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur