PERUBAHAN iklim dan dampaknya memang tak terelakkan. Badai siklon, banjir bandang, kekeringan, kebakaran hutan, juga polusi udara menjadi ‘benang kusut’ yang sulit terurai.
Krisis air saat ini mulai terjadi setidaknya di India, Brazil, juga Bolivia dan Tanzania, seperti dilaporkan Reuters baru-baru ini.
Kekeringan di India telah memicu protes pembagian air di Bengaluru, sementara Brazil telah membentuk satuan tugas untuk membantu wilayah Amazon yang sangat kekurangan air.
Belum lama ini, para petani di negara bagian Karnataka, India selatan, yang sedang bergulat dengan kekeringan, memulai mogok kerja sehari penuh untuk menentang pembagian air dari sungai yang mengalir ke negara bagian tetangga, Tamil Nadu.
Polisi mendesak agar semua sekolah dan tempat-tempat umum tetap tutup, sementara ribuan petani dan anggota serikat pekerja bersiap untuk mengadakan demonstrasi setelah protes terjadi di pusat teknologi Bengaluru, meskipun sudah ada perintah pengadilan untuk membagi air.
Sementara itu di Brazil, permukaan sungai yang rendah dan air yang lebih panas telah membunuh banyak ikan yang terlihat mengambang di permukaan sungai, sehingga mencemari air minum, kata Menteri Lingkungan Hidup Marina Silva.
Sekitar 111.000 orang terkena dampaknya di wilayah yang sebagian besar protein penduduknya berasal dari ikan, dan penangkapan ikan telah dihentikan selama beberapa waktu. Badan Pertahanan Sipil memperingatkan bahwa kekeringan pada akhirnya dapat berdampak pada 500.000 orang di Amazon.
Di tempat lain di Amerika Selatan, kekeringan yang berkepanjangan dan panas musim dingin yang mencapai rekor tertinggi di Bolivia telah membahayakan pasokan air, terutama di dataran tinggi El Alto pada ketinggian 4.000 meter. Warga kini menghadapi keterbatasan akses air untuk rutinitas sehari-hari.
Adapun di Tanzania, kekurangan air dan masalah pemeliharaan akibat perubahan iklim telah menyebabkan defisit listrik sebesar 400 MW di negara Afrika Timur tersebut, sehingga mendorong penjatahan listrik secara luas.
KOMENTAR ANDA