BICARA donor darah, sebagian besar masyarakat hanya mengetahui tentang donor darah merah yang biasa digaungkan Palang Merah Indonesia.
Tidak banyak orang tahu, darah memiliki empat komponen yaitu sel darah merah, plasma, lekosit, dan trombosit. Dan untuk kebutuhan donor darah, selain darah marah, ternyata plasma dan trombosit juga bisa didonorkan.
Transfusi trombosit menjadi salah satu hal penting dalam penanganan pasien kanker, terutama kanker darah.
Atas dasar itulah Laskar Aferesis Berbagi hadir sebagai komunitas pendonor trombosit yang tak hanya berkontribusi aktif untuk keperluan transfusi darah tapi juga menyebarkan literasi terkait urgensi donor trombosit.
“Yayasan Aferesis Berbagai berdiri pada Maret 2019. Tapi sebelum itu kita sudah lebih dulu membentuk komunitas yaitu Aferesis Squad sejak tahun 2016,” ujar Zulyan, penggagas Laskar Aferesis Berbagi saat ditemui Farah.id dalam Acara Festival Batik di Lapangan Banteng (2/10).
“Saat itu anak saya didiagnosis kanker darah dan dia menjalani pengobatan di RS Kanker Dharmais. Usianya saat itu 10 tahun. Saya baru tahu bahwa pasien kanker—terutama kanker darah butuh donor trombosit, dan proses transfusinya harus segera karena umur trambosit hanya 5 hari,” imbuh Zulyan.
Karena saat itu di Dharmais ada banyak anak yang terkena kanker darah, para orang tua pasien kanker pun saling mendonorkan trombosit. Tapi itu ternyata tidak cukup.
“Kami harus mencari pendonor dari luar rumah sakit. Saat itulah terpikir untuk mencari pendonor sukarela yang memiliki golongan darah yang sama dengan anak saya. Saya manfaatkan media sosial, waktu itu saya pakai Twitter dan FaceBook. Di penghujung tahun 2017, sudah ada 100 orang yang mendaftar, kami akhirnya menggelar kopdar (kopi darat) pertama di Taman Mini Indonesia Indah,” kata Zulyan.
Aferesis Squad memiliki anggota dari berbagai kalangan. Mulai dari mahasiwa hingga karyawan. Baik yang memiliki anggota keluarga pasien kanker darah atau tidak. Seiring kebutuhan trombosit yang makin tinggi, anggota Aferesis Squad pun makin banyak.
Setelah diresmikan menjadi Yayasan Aferesis Berbagi pada 2019, Zulyan menandatangani MoU dengan RS Kanker Dharmais. Yayasannya membantu menyuplai trombosit di Dharmais.
“Saat ini resminya baru ada dua MoU yaitu dengan RS Kanker Dharmais dan RSCM. Tapi secara lebih personal, kami juga menjalin kerja sama dengan RS Fatmawati, RSPAD Gatot Subroto, RSUD Dr. Moewardi Semarang, RSUP Prof. Ngoerah, juga RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar,” papar Zulyan.
Misi Yayasan Aferesis Berbagi adalah memenuhi kebutuhan trombosit di seluruh Indonesia, tak hanya untuk pasien kanker darah, tapi juga kelainan darah seperti talasemia, hingga DBD.
Menurut Zulyan, pada tahun 2016-2017, kebutuhan trombosit di Dharmais baru 100-150 kantong rata-rata per bulan. Sekarang kebutuhan trombosit hampir 400 kantong per bulan di RS Kanker Dharmais.
Saat ini, Laskar Aferesis Berbagi sudah punya 700 anggota komunitas yang semuanya adalah pendonor. Bisa dikatakan, Laskar Aferesis Berbagi adalah satu-satunya komunitas yang fokus pada donor trombosit. Tercatat bahwa PMI sebenarnya juga mempunyai fasilitas transfusi trombosit, tapi entah mengapa tidak pernah terdengar.
Di rumah sakit, selain mendampingi pendonor untuk melakukan transfusi dengan mesin aferesis—yang berfungsi untuk memisahkan masing-masing komponen darah. Dan karena yang diambil hanya trombosit, maka pemulihannya bisa lebih cepat (dibandingkan donor darah merah).
“Trombosit menjadi penting untuk membekukan darah, supaya tidak terjadi pendarahan internal, inilah yang banyak orang tua belum mengetahui,” jelas Zulyan.
Untuk sosialisasi, Zulyan mengakui peranan penting media sosial. Ia mendapatkan lebih banyak pendonor baru dari media sosial dibandingkan dari kegiatan sosialisasi yang digelar secara offline.
Apa syarat untuk menjadi pendonor trombosit?
Yang pasti tubuh dalam kondisi sehat, berat badan minimal 55 kilogram, dan berusia 17-25 tahun pada saat pertama donor. Tp keputusan akhir adalah berdasarkan hasil skrining dokter. Skrining untuk melihat apakah ada penyakit yang berhubungan dengan darah seperti darah tinggi, HIV, atau hepatitis.
Sampai saat ini tidak ada satu orang pun melaporkan efek samping yang membahayakan setelah operasi.
Bagaimana Zulyan memotivasi generasi muda untuk peduli sesama dan mau menjadi pendonor?
“Ingatlah bahwa kita mendapat darah secara gratis dari Tuhan, dan dalam jangka tertentu bakal terbuang lewat keringat dan urin. Jadi daripada terbuang percuma, sementara kita tahu ada orang yang butuh darah untuk bertahan hidup, marilah menjadi pendonor. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari karena tidak bisa menyelamatkan nyawa orang lain,” tegas Zulyan.
KOMENTAR ANDA