Nabi Muhammad Saw selalu mendapatkan perlindungan Allah Swt dari kejahatan kaum musyrikin/Net
Nabi Muhammad Saw selalu mendapatkan perlindungan Allah Swt dari kejahatan kaum musyrikin/Net
KOMENTAR

PIHAK-PIHAK yang memusuhi Islam berulang kali berupaya mencelakai dan  membunuh Rasulullah. Namun, seburuk apapun makar yang mereka persiapkan, perlindungan Allah lebih hebat atas Nabi-Nya.

Imam As-Suyuthi dalam buku Asbabun Nuzul (2014: 195) menceritakan, suatu hari Nabi Saw keluar bersama Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Thalhah, dan Abdurrahman bin Auf menuju kediaman Ka’ab bin Asyraf dan orang-orang Yahudi Bani Nadhir, untuk meminta bantuan dalam melunasi diyat yang harus beliau bayar.

Lalu mereka berkata, “Baiklah, sekarang duduklah dulu dan kami akan menjamumu. Setelah itu kami akan memberikan apa yang engkau minta.”

Rasulullah pun duduk menunggu. Diam-diam Huyay bin Akhtab berkata kepada teman-temannya, “Kalian tidak pernah melihat ia sedekat sekarang ini. Lemparkanlah batu ke tubuhnya, maka kalian akan dapat membunuhnya. Setelah itu, kalian tidak akan pemah melihat keburukan lagi untuk selamanya.”

Teman-teman Huyay pun mengambil batu gilingan yang besar untuk dilemparkan ke tubuh Nabi. Tapi Allah menahan tangan mereka hingga Jibril datang dan menyuruh Nabi meninggalkan tempat itu.

Sangatlah berbahaya jika mereka berhasil memukul kepala Nabi dengan batu besar. Huyay dan komplotannya sangat kecewa ketika rencana licik mereka gagal.

Percobaan lain dilakukan Umair yang hendak balas dendam disebabkan putranya ditawan dalam Perang Badar. Shafwan yang juga dendam kepada Nabi Muhammad dan mendukung rencana pembunuhan itu. Dia bahkan mengiming-imingi akan melunasi utang-utang Umair. Setelah menyiapkan persenjataan, Umair berangkat menuju Madinah.

Raghib As-Sirjani dalam bukunya Nabi Sang Penyayang (2014: 343) mengungkapkan, bahkan Shafwan bin Umayyah telah merencanakan pembunuhan Rasulullah Saw. Percobaan pembunuhan ini direncanakannya bersama dengan anak pamannya, Umair bin Wahab. Pada waktu itu keduanya masih dalam keadaan kafir dan ketika itu Shafwan bin Umayyah berjanji kepada Umair bin Wahab untuk menanggung nafkah keluarga Umair dan melunasi utangnya dengan ketentuan Umair dapat membunuh Rasulullah.

Tetapi, percobaan pembunuhan tersebut gagal, yaitu ketika Umair bin Wahab masuk Islam di Madinah.

Sebetulnya Umair berhasil tiba di Madinah. Namun tidak mudah baginya untuk mendekati Rasulullah. Beliau dikelilingi oleh sahabat-sahabatnya yang setia. Apalagi Umar bin Khattab sudah mencurigai dan terus mewaspadainya.

Umair beralasan hendak membebaskan tawanan Perang Badar. Namun, Allah membongkar rencana jahatnya kepada Nabi Muhammad. Rasulullah tidak menyakiti musuhnya sedikit pun. Beliau malah memperlakukan Umair dengan sangat baik. Akhirnya, lelaki itu memeluk agama Islam. Sebab dirinya tertarik dengan akhlak mulia Nabi Muhammad.

Giliran musyrikin Quraisy yang merasa terancam. Kehidupan ekonomi mereka morat-marit disebabkan kesulitan berdagang ke Syam. Pada Jumadil Akhir tahun ketiga Hijriyah, kaum Quraisy bersiap-siap. Mereka harus memberangkatkan kafilah dagang ke negeri Syam.

Kini, mereka tidak bisa melalui jalur yang dekat dengan Madinah, karena takut dengan kaum muslimin. Orang-orang Quraisy sempat berpikir untuk melalui jalur di pantai Laut Merah. Sayangnya, suku-suku di kawasan pantai juga sudah banyak menjadi pengikut Islam.

Salah seorang mengusulkan supaya kafilah dagang melalui jalur Irak. Tapi ada yang keberatan karena perjalanan lebih sulit dan juga berbahaya. Namun karena tidak ada pilihan, akhirnya mereka pun melakukannya. Mereka saling berjanji menjaga rahasia ini dengan sebaik mungkin. Namun, disebabkan suatu kecerobohan, akhirnya perjalanan rahasia melalui Irak itu bocor.

Syekh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dalam buku Ar-Rahiq al-Makhtum-Sirah Nabawiyah (2015: 289) menerangkan, ini merupakan jalur yang amat panjang menembus Najd menuju Syam, dengan melewati bagian timur Madinah dengan jarak yang cukup jauh. Orang-orang Quraisy betul-betul buta tentang jalur ini. Maka Aswad bin Abdul Muththalib menyarankan agar Shafwan mengajak Furat bin Hayyan dari Bani Bakar bin Wa’il sebagai penunjuk jalan bagi kafilah.

Akhirnya, berangkatlah kafilah dagang Quraisy di bawah pimpinan Shafwan bin Umayyah dengan mengambil jalur baru itu. Sayangnya, berita keberangkatan dan rencana perjalanan kafilah ini telah sampai di Madinah.

Penyebabnya karena Sulaith bin Nu'man yang telah memeluk Islam duduk-duduk di tempat minum Quraisy (sebelum khamr diharamkan) bersama Nu'aim bin Mas'ud al-Asyja'i, yang saat itu belum memeluk Islam.

Akibat pengaruh khamr yang diminumnya, Nu'aim mengoceh tentang hal-ihwal kafilah dagang Quraisy dan rute perjalanan barunya. Sulaith yang mendengarnya segera melaporkan informasi ini kepada Rasulullah.

Seketika itu juga beliau menyiapkan pasukan berkekuatan seratus prajurit kavaleri di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah al-Kalbi, agar bisa menyergap kafilah dagang itu secara mendadak saat mereka lengah.

Pasukan Zaid singgah di sumber air Najd bernama Qardah, lalu menguasai daerah itu. Dengan cepat kafilah dagang Quraisy dikuasai, sementara Shafwan dan rekan-rekannya tidak mampu berbuat apa-apa. Mereka memilih kabur tanpa memberi perlawanan sedikit pun.

Peristiwa ini membuat kaum Quraisy malu dan marah. Mereka merasa. Rasulullah yang dulu mereka aniaya justru senantiasa dilindungi Allah. Kaum Quraisy tidak menyangka keadaan menjadi semakin sulit bagi mereka. Sayang sekali, kaum musyrikin ini masih bertahan dengan kesombongannya.(F)




Pantaskah Bagi Allah Anak Perempuan?

Sebelumnya

Betapa Lembutnya Al-Qur’an Menerangkan Surga Adalah Hak Perempuan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tafsir