Ajarkan anak untuk mengatakan tidak pada rokok dan hindari mereka dari paparan asap rokok/Net
Ajarkan anak untuk mengatakan tidak pada rokok dan hindari mereka dari paparan asap rokok/Net
KOMENTAR

ANAK menjadi sasaran dan target empuk bagi industry rokok sebagai perokok pemula. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi perokok anak telah mencapai 9,1%. Bahkan, usia rata-rata perokok pemula di Indonesia semakin muda dan jumlahnya terus naik. Faktor teman sebaya menjadi pengarus paling besar penyebab anak jadi perokok.

Rokok menjadi begitu akrab di lingkungan anak-anak Indonesia karena beberapa hal, yaitu harganya yang murah karena biaya cukai yang rendah, penerapan kawasan tanpa rokok yang masih lemah, belum adanya larangan total iklan, promosi, dan sponsor rokok, penyumbang terbesar bagi pemasukan negara, dan Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia yang belum mengaksesi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).

Larangan merokok memang bukan senjata ampuh untuk membuat anak menjauh dari rokok itu sendiri. Karena di usianya, semakin dilarang anak akan menjadi semakin penasaran untuk melakukannya.

Ada langkah-langkah cerdas yang sebenarnya bisa dilakukan orang tua untuk ‘mengusir’ rokok dari kehidupan anak:

1. Jadilah contoh

Ya, jadilah contoh bagi anak-anak dengan tidak merokok di depan mereka. Sebuah penelitian dari University of Washington membuktikan, anak-anak dengan orang tua perokok punya kemungkinan besar mulai merokok di usia belia, yaitu 13 tahun. Jadi, percuma melarang anak merokok jika orang tua belum bisa lepas dari kebiasaan itu.

2. Ingatkan terus anak bahaya merokok

Sama halnya dengan pendidikan seks, pendidikan tentang bahaya merokok harus dimulai sejak ini, meskipun akan masih duduk di bangku TK ataupun SD. Ingatkan bahayanya serta dampak negative merokok kepada mereka.

Ayah Bunda bisa mencontoh, saat berada di tempat umum dan di sekitar ada orang yang sedang merokok, jelaskan bahwa itu adalah aktivitas yang dapat merusak kesehatan, mengganggu orang lain, dan menghabiskan banyak uang.

Agar anak dapat membayangkannya, berikan contoh sederhana bahwa harga sebungkus rokok sama dengan harga mainan kesukaannya.

3. Kenali teman-teman anak

Di atas disebutkan bahwa pengaruh teman adalah faktor terbesar anak menjadi perokok aktif. Karenanya, perlu mengenal langsung teman-teman anak untuk membantu memantau pergaulannya. Ajak teman-teman anak untuk main dan berbicara santai di rumah. Dari situlah Ayah Bunda dapat menilai apakah ada kecenderungan anak mencoba rokok bersama teman-temannya.

Memang ini tidak bisa menjamin 100% anak bebas dari rokok, tapi setidaknya Ayah Bunda tahu teman seperti apa yang dipilih anak, sehingga bisa membantunya mengambil keputusan bijak.

Intinya tidak perlu meminta anak untuk meninggalkan atau menjauhi teman-temannya yang merokok, tapi bangunlah komunikasi positif dengannya. Nasihat serta nilai yang ditanamkan sejak dini akan terus melekat pada anak, meskipun lingkungan teman-temannya merokok.

Mengekang anak malah akan membuatnya mencari kesempatan di belakang. Karena ingat, anak adalah sosok yang penasaran dan selalu ingin mencoba.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News