Media sosial memudahkan orang untuk terhubung dengan yang lainnya/Net
Media sosial memudahkan orang untuk terhubung dengan yang lainnya/Net
KOMENTAR

PEREMPUAN itu terlihat senang bukan main ketika aksi live-nya di sebuah media sosial dikunjungi oleh ratusan penonton. Apalagi, saat seseorang rajin memberikan like atas aksinya itu. Dalam perkembangannya, tidak hanya like yang diberikan tetapi juga berbagai komentar pujian. Komentar pun dibalas dengan lembut.

Ternyata pria itu usianya lebih muda dan komentarnya seringkali beraroma canda. Perempuan itu sempat merasa aneh, kok ada rindu kalau si dia tidak berkomentar. Entah bagaimana asal usulnya, pesan manis pun masuk ke inbox dan mereka saling bertukar nomor ponsel.

Pria muda itu memanggilnya kakak. Perempuan tersebut pun senang, sebab tidak punya saudara laki-laki. Dalam percakapannya, pria itu tidak sungkan membuka prahara rumah tangganya, tentang perangai istri yang congkak. Si perempuan menjadi pendengar setia.

Singkat cerita, kakak adik ini akhirnya sering berjumpa di dunia nyata. Kian hari semakin banyak ditemukan kecocokan di antara keduanya.

Di satu sisi, rumah tangga pria rupawan itu tidak terselamatkan. Demi perceraian, dia merelakan semua harta dan anak dibawa mantan istri. Tetapi pria itu tetap senang, karena mendapat kenyamanan bersama si kakak.

Pun dengan si kakak yang pada akhirnya tidak mampu mendustai hati. Rasa nyaman itu terlalu indah untuk dipungkiri. Segala dusta yang dirangkainya kepada suami tidak mampu menutupi kenyataan yang ada. Kini, giliran rumah tangganya yang terdampar di tepi tubir jurang perceraian.

Namun hatinya telah membatu, sehingga tidak mampu menangkap goresan luka di wajah suaminya, tidak tersentuh oleh deraian air mata anak-anaknya. Banyak harapan yang dijanjikan sang pihak ketiga, sehingga fantasinya membuntukan nalar. Perempuan itu sudah teramat lelah dengan urusan rumah tangga yang menjemukan. Sementara dia melihat ‘sang adik’ seperti ufuk baru dalam hidupnya yang hambar

Begitu mudahnya perselingkuhan terjadi. Tapi, begitulah faktanya, canggihnya teknologi juga mempermudah terjadinya kemudaratan.

Muhammad Shidiq Hasan Khan pada Ensiklopedia Hadis Sahih (2009: 421) mengungkapkan, Abdullah bin Mas’ud menceritakan, aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw, “Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?”

Rasulullah Saw menjawab, “Engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dia telah menciptakanmu.”

Aku berkata, “Yang demikian itu sangat besar. Kemudian, apalagi?”

Rasulullah Saw menjawab, “Engkau membunuh anakmu karena takut ia akan makan bersamamu.”

Aku bertanya, “Kemudian, apalagi?”

Rasulullah Saw menjawab, “Engkau berselingkuh dengan istri tetanggamu.”

Tetangga itu ibaratnya pagar, yang perannya adalah menjaga dan memelihara. Lalu, bagaimana korelasinya dengan perselingkuhan online?

Nabi hidup di zaman unta, belum datang di masa itu era digital. Jadi, wajarlah tidak ada disinggung perselingkuhan online. Namun, beberapa saripati dapat dipetik dari hadis tersebut, yaitu:

Bagaimanapun kejadiannya, selingkuh tetap saja perbuatan dosa. Berhati-hati pula dengan faktor kedekatan, sebab perselingkuhan dapat terjadi antar tetangga karena posisi yang berdekatan. Perselingkuhan juga dapat terjadi dengan orang yang jauh, tetapi menjadi dekat disebabkan sokongan teknologi informasi. Kata kuncinya adalah faktor kedekatan.

Apapun jenis dosanya, tentulah dibenci oleh Allah dan Rasulullah. Tidak ada yang dapat dibanggakan dari dosa. Perselingkuhan adalah bentuk dosa pengkhianatan atas lembaga suci pernikahan. Atas nama Allah pernikahan itu terjadi, tetapi kita dikhianati godaan-godaan rendahan.

Akhirnya, marilah sama-sama menyadari bahwa bukan dunia online yang bersalah atas kejadian perselingkuhan. Mudah atau sulitnya terjadi perselingkuhan tidak lain kembali lagi kepada diri masing-masing. Ini terkait dengan sekuat apakah diri kita memegang teguh mitsaqan qhalizan yang diikrarkan ketika ijab kabul.

Mari kembali lagi kepada kualitas diri dalam menepis fatamorgana semu. Pihak ketiga bukanlah malaikat, melainkan sosok yang menjual mimpi-mimpi kefanaan. Tidak ada garansi kebahagiaan bersama dirinya.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur