Bertaubat untuk mengatasi kekeringan/PEXELS
Bertaubat untuk mengatasi kekeringan/PEXELS
KOMENTAR

KEMARAU tahun ini terasa lebih mendidih di beberapa wilayah, bukan hanya di Indonesia tetapi bencananya ini menerjang berbagai penjuru dunia. Berbagai upaya dilakukan untuk memancing hujan, tapi tidak ada air yang menetes dari langit, sementara matahari kian garang memanggang bumi.

Kekeringan membuat pertanian dan peternakan mengalami kebinasaan. Malangnya, di sejumlah tempat, sekadar air untuk minum saja demikian sulit mendapatkannya. Korban jiwa pun berjatuhan karena tidak sanggup menghadapi cuaca superekstrem.

Kaum muslimin pun menyerukan dan melaksanakan shalat Istisqa atau salat minta hujan. Mereka telah beramal sesuai dengan petunjuk agama, dan menaati petuah Nabi. Kendati salat Istisqa dilaksanakan di banyak tempat, tetap saja langit enggan menurunkan hujan.

Apa yang terjadi?

Apa tindakan berikutnya yang dapat dilakukan?

Kemarau yang parah juga pernah melanda umat Nabi Musa, yang biasa disebut Bani Israil. Nabi Musa menyeru kaum Bani Israil keluar rumah, berkumpul guna berdoa agar Tuhan menurunkan hujan.

Berkali-kali doa minta hujan dipanjatkan, tetapi air tidak kunjung turun dari langit. Nabi Musa bingung dengan keadaan berat yang dialami. Sehingga turunlah petunjuk dari Allah, yang menjelaskan sebab musabab tidak dikabulkannya doa minta hujan tersebut.           

Imam al-Ghazali dalam buku Agar Keinginan Cepat Terkabul (2020: 157) menceritakan:

Diriwayatkan dari Ka'bul Akhbar, telah terjadi kemarau panjang pada zaman Nabi Musa as. Nabi Musa bersama Bani Israil keluar rumah untuk memohon agar Allah menurunkan hujan. Namun, doa permohonan itu tidak terkabul, hingga mereka sampai tiga kali keluar rumah.

Lalu Allah memberikan wahyu kepada Nabi Musa, “Sesungguhnya Aku tidak mengabulkanmu dan orang-orang bersamamu, karena di antara kalian ada tukang adu domba.”

Musa bertanya, “Ya Rabb, siapa orang itu sehingga kami mengeluarkan dari lingkungan kami?”

Allah menjawab, “Aku telah melarang kalian berbuat adu domba dan Aku bukan pengadu domba.”

Nabi Musa berkata kepada Bani Israil, “Taubatlah kalian kepada Allah, karena kebanyakan kalian adalah tukang adu domba. Maka bertaubatlah Bani Israil dan Allah menurunkan hujan kepada mereka.”

Berat sekali dampak dari kekeringan, yang pukulannya secara telak membuat limbung perekonomian. Dan yang paling sedih itu melihat kondisi rakyat jelata. Bagaimana bisa petani menyambung nyawa keluarga, ketika lahan pertanian berubah kerontang bagai gurun Sahara. Bagaimana bisa peternak ikan akan melanjutkan usaha, ketika kolam-kolam mereka berubah menjadi lahan tandus.

Setelah salat Istisqa dilakukan berkali-kali, maka janganlah berpuas diri sampai di sana saja. Marilah kita melihat jauh ke dalam diri sendiri. Mengapa salat istisqa tak kunjung menghadirkan hujan?

Sangat mungkin penyebabnya masih ada yang suka ado domba di antara kita. Padahal adu domba termasuk perangai yang dibenci Tuhan. Adu domba itu merusak kehidupan masyarakat secara luas. Sedangkan kemarau kerusakannya jauh labih luas lagi. Dan menghentikan kerusakan akibat kemarau tidak bisa dengan bemodalkan kerusakan dari adu domba.

Kita tidak mau kerusakan lebih parah membinasakan sendi-sendi kehidupan. Kita perlu segera mengambil langkah nyata, yaitu taubat.

Salat Istisqa memang perlu dilakukan, demi mengetuk pintu langit, agar berkah hujan diturunkan. Namun, sempurnakanlah shalat Istisqa itu dengan melakukan taubat. Sebagaimana kisah di masa Nabi Musa, penting sekali bertaubat dari adu domba. Bagaimana hidup kita akan mendapat berkah jika perbuatan masih suka memantik permusuhan?

Tidak sepatutnya kita meminta kepada Allah justru dalam kondisi berlumur dosa-dosa. Terlebih dulu sucikan diri kita dengan taubat yang sebenar-benarnya taubat.

Bersegeralah bertaubat, selagi pintu taubat itu masih terbuka. Taubat itu bukan hanya berdampak baik untuk kesucian diri, tetapi bisa menjadi pintu terbukanya keberkahan yang menghadirkan hujan.

Demikianlah kisah Nabi Musa memberi kita wejangan kehidupan, bahwa kemarau panjang hendaknya semakin menyadarkan kita untuk lebih bersegera melakukan taubat.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur