Bangga Berkain di CFD Bundaran Hi (8/10)/LKTL
Bangga Berkain di CFD Bundaran Hi (8/10)/LKTL
KOMENTAR

TANTANGAN ekonomi dan lingkungan memerlukan solusi kreatif yang komprehensif agar bisa dihadapi dengan sebaik-baiknya.

Kita patut bersyukur karena semakin banyak lembaga maupun komunitas yang peduli kesejahteraan ekonomi dan kelestarian lingkungan di berbagai daerah di Tanah Air dan melakukan gebrakan kreatif untuk memenuhi dua kebutuhan tersebut.

Salah satunya, Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) berkolaborasi dengan Hutan Itu Indonesia yang memperkenalkan wastra nusantara berbasis alam produksi kabupaten anggota LTKL.

Dengan menyerukan kampanye #BanggaBuatanIndonesia, LTKL dan Hutan Itu Indonesia melakukan parade berkain dan menyerukan dukungan akan produk lokal lestari serta mengajak masyarakat khususnya kaum muda untuk menormalkan memakai produk lokal, termasuk kain berbahan alam di keseharian mereka.

Mengambil momentum car free day, pada Minggu pagi (8/10) diharapkan banyak masyarakat yang terjaring untuk lebih mendukung produk lokal.

LTKL bersama dengan orang muda mengajak masyarakat untuk mendorong eco-fashion lewat UMKM daerah. Peran orang muda sangat penting dalam mempromosikan produk lokal lestari, yang ramah sosial dan ramah lingkungan.

Langkah ini juga sekaligus mendorong keterlibatan penetrasi produk lokal yang masih di bawah 20 persen. Pasalnya masih banyak orang yang belum mengetahui adanya produk yang unggulan seperti kerajinan yang tidak hanya terbuat dari alam namun juga melestarikannya.

Untuk meningkatkan penetrasi produk lokal dan mendukung ekonomi lestari, selain mengenalkan prosesnya dari hulu ke hilir juga mengajak masyarakat untuk memakai produk lokal. LTKL mendorong semakin meluasnya tren memakai kain nusantara untuk penggunaan sehari-hari.

Kegiatan berkain ini juga untuk menghubungkan kembali dengan identitas Indonesia. Negeri yang memiliki berbagai jenis kain tradisional dengan berbagai motif, makna dan teknik pembuatan yang unik dan istimewa. Berkain adalah salah satu cara yang bisa memperkenalkan eco-fashion.

Ristika Putri Istanti, Kepala Sekretariat Interim Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) mengatakan, “Parade ini adalah sebuah inisiatif orang muda untuk menggaungkan semangat dukungan terhadap produk lokal dan eco-fashion. Parade ini bertujuan mengkampanyekan wastra nusantara dan produk lokal lestari.”

Produk lokal seperti Gambo Muba tidak hanya jadi salah satu eco-fashion terbaik asli Indonesia, tapi juga sekaligus menjadi jawaban atas masalah limbah dari pewarna kimia di industri tekstil.

Selain itu sentuhan dari orang muda pada produk unggulan kabupaten ini membuat bisnis ekonomi lestari ini bisa dengan mudah berkolaborasi dengan multipihak, baik dengan teknologi terbaru maupun inovasi lainnya.

UMKM bisa naik kelas dengan dukungan orang muda.

Gita Syahrani, Dewan Pengurus Koalisi Ekonomi Membumi menyatakan, “Mendukung kain Indonesia kembali menggunakan berbagai pewarna alam dari berbagai daerah di Indonesia sama dengan mendukung juga industri fesyen bisa lebih ramah lingkungan dan ramah sosial.”

“Acara pagi ini menunjukkan bahwa kain juga amat fleksibel - bisa digunakan di segala acara mulai dari nongkrong di kafe, jalan-jalan di mall, ke kantor sampai nonton konser. Kami berharap semakin banyak pelaku usaha fesyen Indonesia yang mengadopsi tren dan membuka peluang investasi & pendanaan lestari juga masuk ke sektor ini,” imbuhnya.

Salah satu volunteer Hutan Itu Indonesia mengatakan sangat mendukung parade ini.

“Kita semua tahu saat ini Indonesia sedang dilanda kebakaran hutan dan lahan. Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Sintang adalah beberapa kabupaten yang berada di provinsi dengan kerentanan tinggi terhadap kebakaran hutan dan lahan. Kami sebagai generasi muda percaya kegiatan berkain ini merupakan salah satu cara untuk mendukung masyarakat adat maupun komunitas lokal yang rentan terkena dampak kebakaran dengan cara mempromosikan produk berbasis alam yang dikembangkan oleh mereka, seperti kain gambo dan kain tenun,” katanya.

Ditambahkannya, dengan berkain dan mendukung UMKM yang memproduksi kain berbahan dari hutan, itu berarti mendukung perekonomian banyak masyarakat yang bergantung pada hutan untuk memenuhi kebutuhan produksi pembuatan produk alam.

Berkain adalah salah satu cara termudah yang bisa kita lakukan untuk ikut menjaga hutan dan memastikan bahwa masyarakat mendapat penghidupan dan hutannya tetap berdiri tegak. Pada akhirnya, masyarakat kota juga yang mendapatkan manfaat tidak lagi harus menghadapi asap kebakaran yang berulang setiap tahun.

Sejalan dengan target Presiden RI untuk melakukan pengembangan UMKM Naik Kelas dan Modernisasi Koperasi, LTKL berkolaborasi dengan Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran tentang Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dalam Pengelolaan Keuangan Daerah.

Hal ini guna memberikan arahan teknis kepada pemerintah daerah terkait tata kelola pengadaan barang/jasa yang transparan dan terintegrasi dengan ukuran target yang jelas. Sosialisasi peraturan-peraturan di tingkat nasional ini diharapkan dapat mendorong pemerintah daerah untuk menerbitkan juga kebijakan yang dapat menguatkan UMKM untuk mengadopsi prinsip-prinsip keberlanjutan.

LTKL akan terus mendampingi usaha lestari di beberapa kabupaten anggota termasuk memastikan berbagai insentif dan kebijakan di tingkat nasional terkoneksi dengan mereka, terutamanya mengenai pengadaan barang atau jasa pemerintah hingga usaha mereka dalam transformasi digital usaha lestari guna memperluas akses pasar dan promosi.

Adanya Perpres 12/2021 yang mewajibkan 40 persen pengadaan barang/jasa oleh pemerintah daerah wajib dari produk UMKM merupakan peluang besar bagi UMKM lokal. Sehingga para pelaku UMKM di daerah perlu segera mempersiapkan usaha lestari mereka agar dapat memenuhi standar yang ditetapkan untuk bisa memanfaatkan peluang tersebut.




Bank Mega Syariah Salurkan Rp170 Miliar untuk Pengadaan Trainset KRL oleh INKA

Sebelumnya

Milad ke-12 Komunitas Jurnalis Berhijab: Hadirkan "KJB Goes to Campus" yang Menginspirasi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel C&E