Stunting masih menjadi permasalahan serius anak Indonesia/Freepik
Stunting masih menjadi permasalahan serius anak Indonesia/Freepik
KOMENTAR

KEMENTERIAN Kesehatan RI melaporkan telah terjadi kenaikan yang sangat signifikan atas temuan kasus tuberculosis (TBC) pada anak di Indonesia. Dari 2021 ada 42.187, naik menjadi 100.276 kasus di 2022. Angka tersebut naik sekitar 200 persen dari tahun sebelumnya.

Begitu pulang dengan angka stunting di Indonesia. Berdasarkan data Kemenkes pada 2021, kasus balita stunting di Indonesia sebanyak 24,4%. Meskipun persentasenya terus mengalami penurunan, hingga ke angka 16%, namun masih termasuk dalam masalah yang perlu ditangani.

Ada banyak hal yang menyebabkan TBC dan stunting sulit pergi dari anak Indonesia. Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) mencatat ada dua hal penting mengapa TBC dan stunting seperti menjadi lingkaran hitam yang membelenggu anak Indonesia, yaitu angka pemberian ASI ekslusif yang sulit mencapai angka 70% dan sebanyak 57,9% anak Indonesia masih tinggal di rumah tidak layak huni (RTLH).

Hal ini disampaikan Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo, saat menjadi pembicara dalam pertemuan ilmiah tahunan Ilmu Kesehatan Anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kota Padang, Sumatera Barat, Senin (9/10).

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian penting menurut dr Hasto, yaitu:

  1. Sebanyak 57,9% anak-anak Indonesia masih tinggal di RTLH. Fakta ini yang kemudian menyebabkan TBC dan beberapa penyakit menular sulit untuk dihindari. Status nutrisi bukan menjadi hal penting dan pada akhirnya menjadi penyebab stunting.
  2. Kurangnya variasi makanan. Terkait variasi makanan bagi anak-anak Indonesia, di kota masih lebih bagus dari pada daerah.
  3. ASI ekslusif yang sulit mencapai 70%. BKKBN meminta dukungan semua pihak agar angka pemberian ASI ekslusif bisa mencapai 70%.
  4. Kualitas keluarga dan mental emotional disorder di kalangan anak dan remaja yang terus meningkat setiap tahunnya.

BKKBN saat ini tengah mengembangkan IBangga, yaitu suatu pengukuran kualitas keluarga yang ditunjukkan dengan mengembangkan indikator ketentraman, kemandirian, dan kebahagiaan keluarga. IBangga sudah masuk dalam rencana pembangunan jangka panjang untuk dicapai targetnya, yaitu indeks pembangunan keluarga.




Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Sebelumnya

Timnas Indonesia Raih Kemenangan 2-0 atas Arab Saudi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News