Protes 'Free Palestine' di London (15/10)/AP
Protes 'Free Palestine' di London (15/10)/AP
KOMENTAR

“JIKA kamu tidak mampu membantu agamamu, setidaknya jangan berdiri di barisan perusak agamamu.” (Imam Syafi’i)

Kalimat tersebut sangat sesuai menggambarkan apa yang terjadi di dunia saat ini. Israel mengaku dalam sepekan telah menghujani Gaza dengan 6.000 bom bahkan salah satunya diarahkan ke rumah sakit yang menyebabkan 500 orang meninggal dunia.

Israel berdalih ‘membalas tindakan Hamas’ yang lebih dulu menyerang warga mereka. Padahal, yang dilakukan Hamas juga membalas kekejaman Israel yang terus meneror warga Palestina yang ingin beribadah di masjid Al-Aqsa.

Jika setiap orang di muka bumi mampu menggunakan logikanya, maka kita tahu bahwa membalas adalah melakukan hal serupa seperti yang pernah diterima. Jika kita membalas perilaku orang lain dengan perbuatan yang lebih kejam dan intens, itu bukanlah balas dendam, melainkan perilaku brutal yang tidak berperikemanusiaan.

Bahkan perang pun memiliki hukum, tentang bagaimana melindungi anak-anak dan perempuan, serta warga sipil secara umum. Namun semua dimentahkan oleh Israel yang terlihat begitu teguh ingin membumihanguskan penduduk Palestina dan menguasai negara tersebut.

Percayalah, akan banyak sekali masyarakat dunia yang ingin berangkat ke Gaza untuk membela rakyat Palestina. Kita melihat protes terhadap kekejaman Israel tak hanya menyeruak di negara-negara muslim tapi juga di sejumlah negara dengan populasi muslim minoritas seperti di Jepang, Korea Selatan, hingga ke Inggris, Prancis dan Jerman.

Banyaknya dukungan untuk rakyat Palestina karena nurani manusia tentu tidak akan bisa berdusta saat ada kekejaman terjadi. Nurani manusia tidak bisa membela kekejaman. Ini soal hak asasi manusia untuk hidup damai yang terenggut oleh kekejaman dan arogansi sekelompok orang yang merasa diri mereka lebih tinggi derajatnya dibandingkan orang lain.

Namun karena kita tidak bisa berjuang dengan senjata, maka mulailah dari doa. Jangan pernah meremehkan kekuatan doa, terlebih lagi jika doa yang dipanjatkan menyatu dari berbagai belahan dunia. Doa yang dipanjatkan dari hati yang tulus, yang merasakan penderitaan warga Gaza yang tak pernah lepas dari kekejaman Israel.

Setelah itu barulah kita memberikan bantuan yang dapat membantu warga Gaza menjalani hari-hari mereka. Di sinilah kita bisa berlomba-lomba untuk menjadi manusia yang paling bermanfaat bagi sesama manusia.

Kita mungkin tak bisa mengusap air mata mereka, tapi kita harus bisa meringankan beban mereka untuk menghapus trauma dan kembali berdiri tegak untuk menggapai masa depan.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur