SETIAP tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Dokter Nasional yang juga bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Ikatan Dokter Indonesia atau disingkat IDI.
Dilansir dari laman resmi Ikatan Dokter Indonesia, IDI adalah organisasi profesi kedokteran yang ada di Indonesia. IDI bertugas sebagai organisasi yang menaungi para dokter di seluruh Indonesia. Organisasi IDI berafiliasi dengan pemerintahan melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Masih mengutip dari laman resminya, keberadaan IDI berawal dari perkumpulan yang bernama Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VIG). VIG dibentuk pada tahun 1926 dengan tujuan untuk menyuarakan pendapat dokter, di mana pada masa itu terjadi permasalahan kedudukan antara dokter pribumi dan dokter Belanda dari segi kualitasnya.
Kemudian pada tahun 1943, pada masa pendudukan Jepang, VIG dibubarkan dan diganti Jawa Izi Hooko-Kai. Dengan pembubaran tersebut lahirlah Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Sayangnya, pada saat itu IDI belum diresmikan secara hukum oleh pemerintah Indonesia. Oleh karena itu pada 30 Juli 1950 dibentuklah panitia penyelenggara Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI), yang diketuai Dr. Bahder Djohan.
Panitia ini bertugas menyelenggarakan "Muktamar Dokter Warganegara Indonesia" yang bertujuan untuk mendirikan suatu perkumpulan dokter warganegara Indonesia yang baru, dan menjadi wadah representasi dunia dokter Indonesia, baik dalam maupun ke luar negeri.
Akhirnya, Muktamar pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park yang dihadiri oleh 181 dokter WNI (62 di antaranya datang dari luar Jakarta). Dalam muktamar IDI pertama itu, Dr. Sarwono Prawirohardjo (sekarang Prof.) terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama.
Pada 24 Oktober 1950, Dr. Sarwono bersama dengan beberapa pengurus lainnya bertemu dengan notaris R. Kadiman dengan tujuan untuk mencatatkan pembentukam IDI yang disepakati berdasarkan muktamar Dokter Warga Negara Indonesia.
KOMENTAR ANDA