KALIMAT “I’ll do my best” sudah sering kali kita dengar. Sebuah janji yang menyatakan bahwa kita akan melakukan sebuah pekerjaan dengan sebaik-baiknya dengan segenap kekuatan diri yang ada.
Tapi kenyataannya, sebagai manusia, banyak hal bisa mengganggu keseriusan kita melaksanakan janji tersebut. Ada hal-hal, baik yang muncul dari dalam diri kita maupun yang datang dari luar, bisa mengurangi konsentrasi, memupus semangat, dan membesarkan penat. Akibatnya, kita seringkali ‘kalah di tengah jalan’ dan gagal mewujudkan kalimat I’ll do my best tersebut.
Pikiran manusia memang mudah terdistorsi. Urusan pribadi, pertemanan, profesional, atau keluarga, masing-masing menghadirkan tantangan tersendiri. Dan untuk bisa menjadi yang terbaik dalam bidang yang kita geluti, kita harus mampu meminimalkan segala gangguan yang bisa mengurangi fokus kita untuk sampai ke tujuan.
Atau bisa saja, demotivasi itu muncul dari dalam diri sendiri. Ada kebosanan, rasa jenuh, ketidaknyamanan, bahkan mungkin rasa muak yang menyeruak di dada yang membuat kita kehilangan arah untuk melanjutkan hidup kita.
Atau kita merasa terzalimi, merasa bisa mendapatkan yang lebih baik di tempat lain, merasa potensi diri kita tersia-siakan, merasa kapabilitasa kita tak bisa lagi berkembang, dan banyak alasan lain yang membuat kita kehilangan mood bekerja bahkan membenci apa yang kita kerjakan.
Jika itu yang terjadi, marilah kita melihat ayat 105 surah At-Taubah.
“Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.’”
Ayat Qur’an tersebut menegaskan kembali bahwa tidak ada yang sia-sia di muka bumi ini. Apa yang dikerjakan manusia, baik atau buruk, akan dicatat dan menjadi simpanan amalnya untuk kelak di hari Akhir. Itu artinya kita memang harus do our best dalam setiap apa pun yang kita kerjakan.
Kita tidak pernah tahu sampai kapan waktu kita hidup di dunia. Kita pun tak pernah tahu apa yang akan terjadi di dunia ini. Lagipula, bukankah kita sudah pernah merasakan hidup kita berbalik 180 derajat ketika pandemi COVID-19 menghantam umat manusia? Maka kita seharusnya harus waspada bahwa roda kehidupan bisa menghadirkan ‘kejutan’ lainnya di masa depan.
Maka siapa pun kita, apa pun yang kita lakukan saat ini, inilah yang terbaik. Inilah yang mesti kita lakuan sepenuh hati. Inilah legacy kita untuk umat manusia. Dan inilah amal saleh kita.
So, let’s do our best. Jangan biarkan waktu berlalu tanpa kita melakuan yang terbaik. Jangan biarkan diri kita dihantui penyesalan di kemudian hari. Karena kita tidak punya mesin waktu untuk memutar kembali apa yang sudah terjadi.
KOMENTAR ANDA