Pameran mobil pabrikan Toyota/Ilham Bintang
Pameran mobil pabrikan Toyota/Ilham Bintang
KOMENTAR

SEPERTI Toyota, Isuzu juga punya riwayat panjang yang menginspirasi. Kami dipandu Yusak Kristian, Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia dan pimpinan IFP Ketika mengunjungi pabrik Isuzu, Isuzu Fujisawa Plant (IFP).

Ditopang infrastruktur yang lengkap, IFP menyerupai sebuah kota seluas 1 juta m2 atau 100 Ha dengan 8.719 karyawan. Di dalamnya terdapat bangunan perumahan bagi direksi dan karyawan, dan berbagai fasilitas lain. IFP merupakan salah satu pabrik Isuzu tertua yang merupakan salah satu bagian terpenting untuk memasarkan produk ke lebih dari 150 negara dan pangsa pasar nomor satu di 45 negara menurut data 2021.

Pada 2022, IFP memproduksi 300.000 unit dan meningkat menjadi 314.000 unit pada 2023, meliputi tidak kurang dari 2.500 tipe. Angka produksi itu bisa dicapai dengan sinergi penggunaan teknologi terkini dan sumber daya manusia yang handal.

“Itulah kunci keberhasilan Isuzu Fujisawa Plant,” kata Puti Annisa Moeloek, dari Communication Management PT Isuzu Astra Motor Indonesia.

Annisa menyebut, salah satu produksi yaitu welding,  95% prosesnya dikerjakan oleh robot. Namun untuk memberikan kualitas yang prima, tangan terampil dan keahlian sumber daya manusia tetap diperlukan, terutama pada proses produksi seperti final assembly dan inspection.

Jejak panjang perjalanan Isuzu bisa disaksikan secara visual di Plaza Isuzu yang terletak di dalam kompleks pabrik. Dari prototipe awal kendaraan produksinya, hingga yang berteknologi mutakhir seperti yang dipamerkan di JMS 2023.

Isuzu memiliki falsafah yang disebut Isuzu Monozukuri (IM). Melalui nilai itu, setiap pekerja memiliki mindset bahwa dalam proses produksi tidak ada satupun langkah yang berisiko menghasilkan cacat produksi atau defect.

Selain di Fujisawa, pabrik Isuzu juga terdapat di prefektur Tochigi dan Hokkaido.

Smoking Room di Shinkansen

Shinkansen, atau dikenal juga dengan sebutan Kereta Peluru, hingga kini menjadi ikon dunia tentang keunggulan industri kereta Jepang. Shinkansen mulai beroperasi di Negeri Sakura itu sejak 1 Oktober 1964, untuk menyambut Olimpiade Tokyo.

Eiji Nakatsu, pencipta Shinkansen series 500 khususnya 521 dengan kepala bagian depan kereta menjorok, membuat kecepatan kereta api peluru itu lebih cepat 10 persen, listrik irit 15 persen, dan tekanan angin menurun 30 persen. Prestasi Shinkansen hingga berusia hampir 60 tahun, belum sekalipun mengalami kecelakaan.

Saya tidak akan mengulas panjang tentang Shinkansen yang sudah diketahui secara luas oleh masyarakat dunia. Saya pun sudah berkali-kali menulis pengalaman naik Shinkansen. Saya juga tidak ingin membandingkannya dengan kereta api cepat Jakarta-Bandung yang saya ikuti perjalanan percobaannya akhir Agustus lalu.

Hanya satu hal, Shinkansen menyediakan smoking room, sedangkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) tidak. Itu yang menjadi kritik utama wartawan senior Karni Ilyas, pemimpin redaksi tvOne.

Bukan hanya kepada KCJB, atau seluruh KAI, tetapi juga semua fasilitas umum di Tanah Air yang tidak menyediakan ruang merokok.  Host Indonesia Lawyers Club (ILC) itu yang memulai pembahasan soal smoking room dalam perjalan pergi pulang Tokyo-Nagoya.

Ketika Jonan menjadi dirut KAI, katanya, Karni sudah menyampaikan kritiknya terkait itu. Jonan menanggap, “Di seluruh dunia tidak ada smoking room di gerbong kereta api.”

“Saya langsung posting di WAG yang ada Jonan, foto-foto orang merokok di atas kereta,” kenang Karni.

Ketika menaiki Shinkansen menuju Nagoya, pemred JakTV Timbo Siahaan, dan Gaudensius Suhardi (Media Indonesia) yang menjadi "tim survei", berhasil menemukan fakta smoking room itu dalam tempo singkat.

Semacam upaya mengkonfirmasi pernyataan Karni Ilyas. ruang merokok berada di gerbong 11 sedangkan tempat duduk rombongan di gerbong 9. Cukup dekat jaraknya. Perjalanan pergi pulang Tokyo-Nagoya pun membuat nyaman para perokok.

Ruang merokok itu terletak di sisi kiri gerbong, luasnya hanya memuat tiga orang. Penumpang Shinkansen bergantian menggunakannya.

Karni Ilyas heran, mengapa di Indonesia yang dikenal produsen tembakau/rokok, yang penduduknya dikenal perokok, tidak menyediakan ruang khusus merokok di tempat fasilitas umum. Di Jepang, bukan hanya di kereta api, bandar udaranya pun menyediakan banyak ruang merokok.




Sudah Sarapan Nasi Uduk Pagi Ini?

Sebelumnya

Kue Cucur, Kelezatan Tradisional yang Sarat Nilai Sejarah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Horizon