Mendidik anak tugas yang tak lekang waktu/Freepik
Mendidik anak tugas yang tak lekang waktu/Freepik
KOMENTAR

ORANG tua seringkali salah mengartikan keberhasilan mendidik anak.

Banyak dari kita berpikir, ketika anak tumbuh menjadi anak cerdas, ber-IQ tinggi, dan bisa masuk ke sekolah hingga universitas favorit, maka di situlah peran kita sebagai orang tua dikatakan berhasil.

Namun jika kita kembali kepada Qur’an dan hadis, benarkah keberhasilan peran orang tua hanya dinilai berdasarkan batasan duniawi tersebut?

Memang betul, ilmu memiliki kedudukan yang mulia dalam ajaran Islam. Tanpa ilmu, amal tak berarti. Tanpa ilmu, seorang mukmin tidak akan bisa menjalankan ibadah sesuai tuntunan Rasulullah.

Tapi ternyata, tanda kegagalan orang tua dalam menjalankan perannya adalah ketika anak menjadi musuh bagi orang tuanya, baik di dunia maupun kelak di akhirat.

Saat di dunia, anak tumbuh menjadi sosok yang selalu membuat orang tuanya mengelus dada, kecewa, marah, dan selalu berlinang air mata. Ada saja perbuatan buruk yang dilakukannya. Dan dia tak pernah terlihat menyesali kesalahannya.

Jika ini yang terjadi, orang tua sebaiknya merenungkan kembali, berpikir dalam-dalam untuk menemukan inti permasalahnnya. Tentang mengapa seorang anak bisa mendewasa dengan pemikiran yang salah, tidak bisa dipungkiri ada peran orang tua di dalamnya.

Dan yang kedua, kita tentu tidak menginginkan anak menjadi musuh orang tua di akhirat kelak.

Dalam suatu riwayat, Rasulullah pernah menceritakan tentang orang tua yang saleh, ahli ibadah, dan taat kepada Allah, namun pada akhirnya harus masuk ke dalam neraka.

Para sahabat yang mendengar cerita Rasulullah pun terkejut dan menanyakan apa sebabnya.

Ternyata, ketika orang tua itu hendak masuk ke dalam surga, datanglah anaknya yang mempertanyakan bagaimana orang tuanya bisa masuk surga sementara dia harus masuk ke neraka akibat perbuatan buruknya selama di dunia.

Anak itu selama di dunia tidak pernah mengerjakan salat, tidak berpuasa, tidak menutup aurat, suka mengonsumsi minuman keras, bahkan-naudzubillah-pernah berzina. Anak itu memprotes mengapa orang tuanya tidak pernah mengajarkan dan menyuruhnya melakukan perintah agama.

Orang tua berdalih bahwa menjalankan perintah Islam adalah hak asasi anak yang tidak perlu intervensi orang tua. Bukan tak mungkin, anaknya semasa di dunia hidup bergelimang harta dan menghidupi orang tuanya dengan berkecukupan. Dan orang tua merasa tidak berhak menghakimi anak.

Apakah kita berada di jalan menuju kegagalan atau keberhasilan dalam mendidik anak? Mari kembali kepada Al-Qur’an dan hadis.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur