KEMENANGAN yang sudah terbentang di hadapan kaum muslimin sirna sekejap mata. Bermula dari pasukan pemanah yang turun dari lereng bukit, sibuk memunguti harta benda yang ditinggalkan musuh, sehingga pertahanan pasukan Islam menjadi sangatlah rapuh.
Celah itu yang dimanfaatkan oleh pasukan berkuda Quraisy yang menyerang begitu dahsyatnya. Tanpa pertahanan solid dari pasukan pemanah, barisan kaum muslimin langsung porak-poranda dihantam pasukan berkuda musuh. Akibatnya, kaum Quraisy yang tadinya melarikan diri dari medan perang malah balik lagi menyerbu dengan kekuatan penuh.
Situasi yang telah genting semakin kritis dengan tersiarnya teriakan pihak Quraisy yang menegakkan bulu roma, “Muhammad telah terbunuh! Muhammad terbunuh!”
Benarkah Rasulullah dibunuh oleh musyrikin Quraisy di Perang Uhud? Berikut ini penjelasannya!
Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam bukunya Ketika Rasulullah Harus Berperang (2017: 186) menceritakan:
Ibnu Qam’ah menyerang Mush’ab bin Umair karena sangat mirip dengan Rasulullah dan membunuhnya. Kepada kaum Quraisy, ia berkata, “Aku telah membunuh Muhammad.”
Setelah itu, tersebarlah gosip yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad telah dibunuh. Akibatnya, pasukan umat Islam tercerai-berai hingga sebagian dari mereka memasuki Madinah.
Sebagian kelompok lainnya naik ke puncak gunung. Kondisi para sahabat tidak teratur dengan baik; mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan menghadapi kengerian ini.
Sebagian kelompok pasukan umat Islam melarikan diri dari medan perang. Sebagian lainnya beristirahat di sisi medan perang tanpa perang. Adapun yang lain, mereka lebih memilih syahid setelah meyakini bahwa Rasulullah telah wafat.
Di antara mereka yang lebih memilih perang hingga syahid adalah Anas bin An-Nadhr yang merasa bersalah karena tidak ambil bagian dalam Perang Badar.
Di antaranya pernyataan yang dilontarkannya ketika itu adalah, "Demi Allah, kalaulah Allah menunjukkan kepadaku sebuah peperangan bersama Rasulullah, maka tentulah Allah menunjukkan apa dan bagaimana yang harus kuperbuat.”
Sebenarnya yang terbunuh adalah Mush’ab bin Umair, tetapi karena raut wajahnya ada kemiripan dengan Rasulullah, maka Ibnu Qam’ah bersorak-sorai telah menghabisi Nabi Muhammad. Salah paham ini bisa dimaklumi, sebab kondisi peperangan yang chaos, sehingga yang dibunuh Mush’ab tapi dalam imajinasi Ibnu Qam’ah malah Rasulullah.
Informasi hoaks ini justru berfaedah dalam mengamati kekuatan hati kaum muslimin. Karena sebagian dari kaum muslimin langsung melarikan diri dari medan tempur, mereka termakan omongan pihak musyrikin. Sebagian lain keluar dari gelanggang perang dan memilih beristirahat saja. Namun, yang iman mereka kuat, tetap bertempur gagah berani tanpa kenal kata menyerah.
Jalaludin as-Suyuti dalam buku Asbabun Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an (2022: 145) mengungkapkan:
Al-Baihaqi meriwayatkan, dalam Dala'il an-Nubuwwah, dari Abu Najih bahwa seorang laki-laki dari Muhajirin berpapasan dengan seorang laki-laki Anshar yang berlumuran darah. Kemudian, dia berkata, “Apakah engkau merasa bahwa Nabi Muhammad telah terbunuh?”
Orang Muhajirin itu menjawab, “Jika beliau telah terbunuh, beliau telah menyampaikan risalahnya. Oleh karena itu, berperanglah kalian untuk agama kalian.”
Inilah ungkapan sejati dari orang beriman, sebab perjuangan benar-benar ditunaikan demi membela agama. Bahkan, seandainya Nabi Muhammad wafat, sama sekali tidak mengendorkan keimanan mereka.
Ali Muhammad Ash-Shallabi (2017: 187-188) menerangkan:
Al-Qur’an mengisahkan berita tentang sejumlah sahabat yang lebih senang melarikan diri setelah mendengar informasi terbunuhnya Rasulullah yang ketika itu merebak di medan perang.
Orang pertama yang mengetahui keselamatan Rasulullah dan bahwasanya beliau masih hidup adalah seorang sahabat bernama Ka’ab bin Malik yang kemudian menyerukan kabar gembira tersebut dengan suara kerasnya. Rasulullah segera memintanya untuk diam agar orang-orang musyrik tidak mengetahui berita tersebut.
Keselamatan Nabi Muhammad diketahui oleh para sahabat yang tentunya sangat bergembira. Semangat jihad mereka kembali bergelora tanpa mengenal rasa takut menghadapi serbuan brutal pihak musuh.
Namun, Nabi Muhammad justru melarang sahabat yang mengumumkan selamatnya Rasulullah. Dengan mendiamkan fakta Nabi Muhammad masih hidup justru menjadi suatu keuntungan. Gelombang serangan musyrikin Quraisy mulai mereda sebab mereka mengira Rasulullah benar-benar telah tiada.
Berita hoaks ini lekas menyebar dan membuat pihak Quraisy sangat senang. Akibatnya, serangan kaum musyrikin pun mengendur. Mereka berpikir balas dendam sudah terwujud dengan tewasnya pemimpin muslimin.
KOMENTAR ANDA