UNTUK ketiga kalinya, ajang pemilahan Putra Putri Tenun dan Songket Indonesia (PPTSI) 2023 kembali digelar. Puluhan peserta yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia berkumpul di Jakarta.
Dibuka langsung oleh Prof Anna Mariana selaku founder PPTSI, para finalis diberikan selempang sebagai tanda proses karantina berlangsung selama lima hari di Hotel Gren Alia Cikini Jakarta, Jumat (15/12).
Dalam sambutannya, Prof Anna berharap seluruh peserta senantiasa diberikan Kesehatan, keselamatan, serta keberkahan, kebaikan Bersama, dan dapat menambah ilmu pengetahuan yang terbaik, mulai dari materi budaya tenun dan songket, ilmu pengetahuan umum, public speaking, table manner, politik, hukum hak intelektual ekonomi bisnis, soul of speaking, wawasan kebangsaan, dan masih banyak lagi.
Acara karantina ini akan diisi dengan kegiatan kunjungan ke beberapa tempat bersejarah, seperti Kawasan wisata budaya Betawi dan wisata agro, museum budaya Betawi di Setu Babakan Jakarta, dan anjungan-anjungan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Para peserta PPTSI yang berhasil lolos ke babak final tentunya telah melewati tahap seleksi di daerah asalnya. Mereka rata-rata berusia 18 hingga 27 tahun dan memiliki latar belakang beragam, seperti mahasiswa, banker, dokter, perawat, office manager, dan lainnya.
Digelar rutin setiap tahun
Salah satu agenda menarik dan rutin digelar adalah penanaman pohon rempah di situs budaya Setu Babakan, Jakarta Selatan. Pemilihan pohon rempah bukan tanpa alasan, tak lain karena rempah-rempah merupakan pewarna alami yang sangat dibutuhkan untk benang pewarna tenun dan songket tradisional Indonesia.
Bekerja sama dengan Dewan Rempah Kejayaan Indonesia (DRKI) Dr H Tjokorda Ngurah Agung Kusumayudha, SH, MH, MSc, acara penanaman dilakukan secara simbolis, yaitu dengan menanam tiga bibit rempah (salam, gaharu, dan kenanga).
KOMENTAR ANDA