AJANG pemilihan Putra Putri Tenun Songket Indonesia kembali digelar, tahun ini diikuti oleh 38 peserta dari berbagai provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Bangka Belitung, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Maluku, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Papua Tengah, Papu Pegunungan, dan Papua Barat Daya.
Para peserta mengikuti beberapa tahap seleksi sampai akhirnya lolos audisi. Dari 38 finalis, dipilih menjadi 10 finalis, hingga akhirnya 6 finalis terakhir dipilih menjadi pemenang.
“Pemiihan Putra Putri Tenung Songket Indonesia ini bertujuan mendorong dan memberi Solusi untuk daerah-daerah di Indonesia agar mampu melestarikan, mengembangkan dan memajukan budaya masing-masing,” kata Founder Yayasan PPTSI Prof Anna Mariana, saat konferensi pers Pemilihan PPTSI, Senin (18/12), di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
“Putra Putri Tenun Songket Indonesia yang lahir setiap tahun adalah duta bangsa yang mewakili setiap provinsi untuk membantu pemerintah dan perajin daerah. Mereka yang terpilih wajib menandatangani pakta integritas untuk mensosialisasikan visi dan misi Yayasan PPTSI. Mereka memiliki tanggung jawab moral membantu Yayasan dan sinergi yang terbangun menandakan kami tidak sendirian,” lanjut Prof Anna.
Pemenang dipilih berdasarkan lima kriteria yang ditekankan dewan juri, yaitu:
- Pengetahuan budaya, khususnya tentang tenun dan songket.
- Wawasan kebangsaan yang menjadikan mereka pemuda berkarakter.
- Kuat dalam sisi ilmu, baik budaya, wawasan kebangsaan, etika, moral, pengetahuan politik dan Bahasa asing (terutama Bahasa Inggris).
- Memiliki kemampuan public speaking.
- Pemahaman yang baik seputar ekonomi dan bisnis (kemampuan entrepreneur).
Keluar sebagai pemenang, Muhammad Gerhan Latara dari Lampung dan Ida Ayu Gabriella Sanjaya dari Jawa Timur.
Ditemui usai acara grand final, kedua pemenang menyampaikan harapan mereka untuk generasi muda. “Saya berharap generasi muda dapat menambah wawasan dan kepedulian terhadap kain wastra, terutama tenun dan songket. Wastra adalah warisan budaya yang harus kita lestarikan,” ucap Gerhan.
Ditambahkan Gabriella, “Sebagai generasi muda harus mampu meningkatkan pengetahuan tentang tenun dan songket, serta mewariskan kekayaan tenun dan songket di Indonesia”.
KOMENTAR ANDA