Ilustrasi bermain dosa/Weebly
Ilustrasi bermain dosa/Weebly
KOMENTAR

CUKUP banyak kita menyaksikan manusia yang tersesat namun bukannya menyelamatkan diri justru semakin tenggelan dalam jurang kesesatan. Apabila dosa itu diibaratkan dengan api yang menyala-nyala, sungguh mengherankan jika masih saja ada orang yang bermain dengannya, meski kondisi dirinya sedang terbakar.

Surat Az-Zukhruf ayat 83 yang artinya:

“Maka, biarkanlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main (di dunia) sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka”.

Lalu, M Quraish Shihab pada Tafsir Al-Lubab Jilid 2 (2020: 555) menjelaskan, yang bergelimang dalam dosa dan menolak peringatan, demikian juga yang berfoya-foya dalam kenikmatan duniawi dan lalai memikirkan akibat perbuatannya, sama keadaannya dengan orang yang diliput oleh air yang terus bertambah. Tanpa sadar, sebentar lagi air menghanyutkan dan menenggelamkannya.

Islam tentu tidak menginginkan umatnya terhanyut, apalagi sampai tenggelam dalam kesesatan yang demikian nyata. Kitab suci sudah secara gambling mengingatkan permainan duniawi yang paling membahayakan ini, karena jaminan kebinasaan di depan mata.

Sementara, Allah Swt telah memberikan anugerah yang sangat berharga kepada manusia, yaitu akal dan budi. Setidaknya, akal dan budi itu dapat menyadarkan manusia dari kesesatan yang menyelimuti dan menyegerakan diri untuk mencari jalan keselamatan.

Siswo Sanyuto pada bukunya Membuka Tabir Pintu Langit; Menuju Agama Tauhid dan Makrifat Jilid 2 (2008: 653) memaparkan, sungguh mereka mengalami kerugian yang amat besar, tersesat karena kebodohannya. Hari mereka telah beku dipenuhi dan dibelenggu setan. Mereka lebih membeli (memilih) kesesatan daripada membeli kebaikan.

Tidak ada salahnya jika kemudian kita menyalaraskan kebodohan ini dengan makna jahiliyah. Bukan berarti mereka bodoh secara pemikiran, karena kaum Quraisy adalah pebisnis hebat.

Hal ini diungkap oleh Munir Subarman pada bukunya Sejarah Kelahiran, Perkembangan dan Masa Keemasan Peradaban Islam (2015: 28): Bangsa Arab sebelum Islam disebut Arab Jahili (zaman Jahiliyah). Pengertian Jahiliyah di sini bukan berarti bodoh atau tidak mempunyai ilmu pengetahuan.

Begitu pula dengan Ahmad Amin dalam bukunya Fajru al-Islam. Dijelaskan bahwa Arab Jahiliyah adalah orang Arab sebelum Islam yang membangkang kepada kebenaran. Mereka terus melawan kebenaran, sekalipun telah diketahui bahwa hal itu benar.

Zaman Jahiliyah itu ternyata kembali lagi. Di era yang begitu modern, mentalitas jahiliyah menyeruak, membuat banyak masyarakat kian tenggelam dan membangkang dari kebenaran. Mereka senang bermain-main dengan gelimang dosa.

Kini yang perlu disadari adalah jangan terlena. Ingat, permainan duniawi dapat berujung celaka. Jangan biarkan kesesatan duniawi dibiarkan begitu saja, karena semua pembalasan akan dibuktikan di mahkamah Yaumul Hisab.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur