SETIAP orang, dengan isi kepala masing-masing, tentulah memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Karena itulah kita tidak bisa menolak adanya perbedaan pendapat dalam kehidupan ini.
Orang tua dan anak, kakak dan adik sekandung, hingga suami istri yang telah menikah puluhan tahun pun bisa memiliki pendapat berbeda tentang suatu hal. Tidak terkecuali dalam pertemanan maupun hubungan profesional di tempat kerja.
Karena itulah, akan lebih bijak bila setiap kita memiliki sifat tasamuh.
Dalam bahasa Arab, tasamuh diartikan sebagai murah hati dan lapang hati. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tasamuh diartikan lapang dada, keluasan pikiran, hingga toleransi.
Secara sederhana, kita dapat mengartikan tasamuh sebagai sikap melapangkan dada dalam menghadapi perbedaan pendapat hingga perbedaan keyakinan.
Dalam surah Ali Imran ayat 20, Allah berfirman yang artinya:
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”
Dari ayat tersebut, kita mendapat pemahaman bahwa seorang manusia takdirnya adalah berusaha, tapi hasil akhirnya tetaplah kekuasaan Allah Swt. Jika pun apa yang kita sampaikan mengena di hati orang yang kita dakwahi, tak sepatutnya kita menyombongkan diri dengan keberhasilan kita.
Tidak hanya dalam urusan akidah, dalam urusan sehari-hari pun kita mesti berjiwa tasamuh agar tidak lekas terbawa emosi saat menghadapi orang yang berbeda prinsip, berbeda cara pikir, dan berbeda kebiasaan dengan kita.
Tasamuh erat kaitannya dengan empati. Seseorang yang memiliki rasa empati tinggi sejatinya memiliki jiwa tasamuh. Karena dia berusaha memahami jalan pikiran orang lain dan mencoba memikirkan apa yang ada di balik tindakan seseorang.
Tasamuh juga erat dengan sikap menghargai orang lain. Tapi ingat, seseorang yang berjiwa tasamuh bukanlah orang yang lemah. Dia bisa menjadi tegas kepada orang lain ketika sudah tahu bahwa orang tersebut tak punya itikad baik dan kepribadiannya pun tidak mencerminkan kebaikan.
Tapi tetap saja, caranya merespons orang tersebut tidak boleh dibalut emosi yang meledak-ledak. Karena jika emosi sudah menyeruak, akan sulit berpikir jernih dan kita hanya bisa melihat keburukan orang lain.
Sebagai muslim, kita hendaknya menjadi manusia yang mau mendengarkan orang lain, menyimak opini orang lain, serta berusaha memahami maksud dan tujuan orang tersebut. Jangan buru-buru men-judge orang lain atau mengambil kesimpulan sepihak, lalu kita berlaku ketus dan abai.
Ingatlah, di balik perbedaan pendapat di antara beberapa kepala, jika setiap orang mampu menjiwai tasamuh, insya Allah akan membuahkan keputusan yang mampu menampung aspirasi dan kepentingan berbagai pihak.
Dan itulah yang dinamakan kemenangan sejati.
KOMENTAR ANDA