Ilustrasi paru-paru dengan infeksi tuberkulosis/Freepik
Ilustrasi paru-paru dengan infeksi tuberkulosis/Freepik
KOMENTAR

PENYAKIT tuberculosis atau TBC masih menjadi yang tertinggi di Indonesia. Setelah pemerintah berkomitmen untuk memperbaiki sistem deteksi dan pelaporan, terungkap selama dua tahun berturut-turut (2022 dan 2023) tercapai notifikasi kasus tertinggi sepanjang sejarah.

Lebih dari 742.000 kasus TBC ditemukan sepanjang 2022 dan meningkat menjadi 809.000 di 2023. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan saat masa pandemi yang berada di angka 600.000 per tahun.

Mengapa hal ini terjadi? Deteksi TBC sama dengan deteksi COVID-19, yang baru ketahuan jika telah dilakukan pemeriksaan. Di sini terjadi under reporting, di mana penderita TBC menjadi bebas berkeliaran dan menularkan kepada masyarakat lainnya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI dr Imran Pambudi menjelaskan, selain upaya perbaikan sistem deteksi yang dilakukan Kemkes, saat ini laboratorium atau fasilitas kesehatan dapat melakukan pelaporan langsung sehingg update kasus semakin real time.

Perbaikan tersebut memang sangat signifikan, di mana Kemkes berhasil menemukan 90% kasus baru dan dari jumlah tersebut sebanyak 100% langsung mendapatkan pengobatan. Bahkan, 90% di antaranya sudah mendapatkan pengobatan sampai tuntas. Dan, 58% kontak erat TBC sudah mendapatkan terapi pencegahan TB.

“Dengan perbaikan sistem ini, maka seluruh fasyankes dapat mengaksesnya. Kita juga melakukan penerapan program Public Private Mix (PPM) untuk meningkatkan pelibatan fasyankes, baik pemerintah maupun swasta, dalam penanggulangan TBC,” kata dr Imran.

Dia pun sangat yakin jumlah insiden TBC akan menurun di tahun ini, karena sudah semakin banyak orang dengan TBC yang berhasil diobati.

Lebih lanjut dr Imran menyarankan agar masyarakat menerapkan beberapa hal ini untuk menghindari penularan TBC, yaitu:

  • Disiplin menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
  • Menghindari kontak dengan orang yang TBC.
  • Menjaga kekebalan tubuh dengan pola makan seimbang dan olahraga.
  • Jika berisiko tinggi, segera lakukan vaksinasi BCG dan lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

“TBC tetap menjadi tantangan global dalam dunia Kesehatan. Dengan meningkatkan kesadaran, akses pelayanan dan perawatan, dan langkah-langkah pencegahan, kita dapat bersama-sama mengatasi penyebaran penyakit ini dan melindungi Masyarakat luas,” ucap Imran.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health