Aam Laurisha/Farah.id-Pilmawati
Aam Laurisha/Farah.id-Pilmawati
KOMENTAR

BERKECIMPUNG di dunia fesyen selama lebih dari 15 tahun, Aam Laurisha meraih kesuksesan sebagai desainer.

Merintis usaha di bidang fesyen pada tahun 2005, Aam awalnya memproduksi daily fashion terutama untuk perempuan bekerja dengan brand Laurisha.

“Saya kemudian bergabung di APPMI (Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia) pada tahun 2013. Sejak itulah saya mulai merintis koleksi premium dengan brand Aam Laurisha. Saya juga membuat baju pesta dan wedding gown,” kisah Aam saat ditemui Farah.id di Bandung baru-baru ini.

Namun demikian, brand Laurisha yang memproduksi busana sehari-hari tetap tidak ia tinggalkan. Belajar dari pengalaman selama ini, terutama pandemi, second label dengan busana ready to wear dan affordable menjadi penyeimbang pasar.

Bagaimana awal mula Aam menekuni dunia rancang busana?

“Awalnya saya ingin punya kegiatan setelah resign dari dunia perkantoran. Saat itu saya sudah berkeluarga, saya ingin memiliki kesibukan yang dapat dikerjakan dari rumah, dengan begitu urusan rumah tangga tetap bisa saya handle,” ungkap Aam.

Saat itu ia melihat bahwa potensi bisnis fesyen sangat besar dan sangat dekat dengan kesehariannya sebagai perempuan. Namun karena tidak memiliki latar belakang pendidikan fesyen, Aam pun belajar dengan serius. Ia mengikuti kursus menjahit selama dua tahun dan belajar desain secara privat dengan desainer.

Aam Laurisha sebagai premium brand memiliki ciri khas feminine glamour. Ia menggunakan bahan seperti sifon, silk, lace, dan sedikit jacquard. Ia memilih bahan-bahan yang lembut dan jatuh (flowing).

Saat ini, Aam Laurisha memiliki outlet di Bandung. Sedangkan reseller-nya telah tersebar mulai dari Lampung hingga ke Makassar dan wilayah-wilayah di Kalimantan.

Selama menjalani profesi sebagai desainer, Aam memiliki satu pengalaman tak terlupakan.

“Saya mendadak diberitahu untuk mengisi fashion show di Kazan, Rusia. Inilah fashion show terjauh yang pernah saya ikuti. Meskipun dari segi konsep fashion show lebih simpel, tapi effort untuk mempersiapkan enam baju yang akan saya tampilkan di sana, itu yang luar biasa. Persiapannya sangat singkat. Akhirnya saya mencoba kreatif, koleksi yang ready di-mix and match dan ditambah sejumlah detail agar tampil lebih fresh,” ujar Aam sambil tersenyum mengenang pengalamannya ke Kazan.

Ia bersyukur bahwa suami dan kedua anaknya mendukung aktivitasnya sebagai desainer. Setiap ada kegiatan, suami dan anak-anak memberikan waktu untuknya beraktivitas. Bahkan hingga keluar kota, mereka juga mengizinkan. Bagi Aam, hal itu merupakan bentuk dukungan terbesar dari keluarganya.

Apa harapannya setelah industri fesyen kembali menggeliat pascapandemi COVID-19?

“Setelah pandemi, saya berusaha tetap fokus dengan jalan yang saya rintis. Pandemi memang membuat semua faktor terpukul, tapi saat ini kita semua perlahan bangkit, jalani sedikit demi sedikit. Alhamdulillah fashion event baik pameran maupun fashion show mulai aktif lagi. Harapannya tentu daya beli masyarakat kembali menguat dan omzet penjualan meningkat,” tutup Aam.




Strategi Pemasaran Brand Kecantikan untuk Menarik Rasa Penasaran Gen Z

Sebelumnya

Shandy Purnamasari Terus Berinovasi Tingkatkan Kualitas Produk MSGLOW

Berikutnya

KOMENTAR ANDA