KEMAJUAN teknologi di dunia digital yang makin canggih terutama Artificial Intelligence alias AI harus disikapi masyarakat dengan cerdas dan bijak. Kemampuan memilah itu menjadi penting karena AI rentan disalahgunakan untuk menciptakan konten hoaks.
Imbauan tersebut disampaikan Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria. Ia meminta masyarakat untuk berpikir kritis menghadapi serbuan konten hoaks di ruang digital terutama yang dibuat generative AI.
“Berpikir kritis adalah yang paling penting dalam menangkal hoaks. Saat ini hoaks makin canggih dan bentuknya bermacam-macam,” kata Wamen Kominfo di Yogyakarta baru-baru ini.
Banyak AI generatif menghasilkan konten hoaks bahkan membuat orang meyakini bahwa telah terjadi peristiwa yang sebenarnya tidak terjadi. Bukan hanya masyarakat yang menjadi korban hoaks, Presiden Joko Widodo bahkan pernah viral karena beredarnya video ia sedang berbicara dalam bahasa Mandarin. Suara yang sama, wajah yang sama, hingga gerak bibir yang sama dengan suara yang dikeluarkan.
Jika masyarakat tidak mampu berpikir kritis, maka kecanggihan teknologi berpotensi memanipulasi masyarakat untuk mempercayai fitnah dan bukan tidak mungkin melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang banyak.
Bagaimana agar tidak mudah terjebak konten hoaks buatan AI? Wamen Kominfo menegaskan pentingnya literasi digital.
Pertama, cek sumber resmi untuk memastikan kebenaran informasi yang kita dapat.
Kedua, jangan cepat mempercayai informasi yang bersifat ‘too good to be true’.
Ketiga, jangan mudah percaya konten digital yang bersifat menyerang pihak lain atau terlalu tragis.
Sekali lagi, pemikiran kritis masyarakat amat penting untuk menciptakan ruang digital yang bersih, inklusif, dan penuh problem solving.
KOMENTAR ANDA