Ilustrasi kedekatan ayah dengan anaknya/GenMuslim
Ilustrasi kedekatan ayah dengan anaknya/GenMuslim
KOMENTAR

LELAKI itu terlalu sibuk. Bahkan untuk sekadar bercanda gurau dengan kedua buah hati dan istri tercinta, tidak ada waktu sedikitpun. Yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana ia bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan baik, anak-anak bisa mengenyam pendidikan di sekolah yang paling bagus, makan-makanan enak, dan semua fasilitas tersedia.

Tidak ada yang salah dengan pemikirannya, karena seperti itulah arti bahagia untuk lelaki tersebut. Ia bangga sudah menjadi suami dan ayah terbaik, karena apapun kebutuhan dan keperluan keluarga bisa dipenuhi. Namun ia justru lupa akan kebutuhan psikologi, di mana anak memerlukan sentuhan kasih seorang ayah.

Dalam rumah tangga itu, kehadiran ayah nyaris tidak ada. Fatherless, begitu disebutnya. Sebuah fenomena yang saat ini munculnya di Indonesia, di mana peran seorang ayah dalam keluarga seolah tidak terlihat. Sebab ayah hanya berpikir, tugasnya adalah mencari nafkah dan bukan untuk membantu tumbuh kembang anak atau menghadirkan sosoknya dalam setiap proses perkembangan buah hati.

Mari berkaca pada Luqman Al Hakim. Menurut beberapa riwayat, Luqman bukanlah seorang nabi atau keturunan raja. Akan tetapi, Namanya telah disebut sebanyak dua kali dalam Al-Qur’an, yaitu dalam surat Luqman ayat 12-13.

Dalam ayat itu, Allah Swt berfirman, yang artinya:

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya, mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Sebagai seorang ayah, Luqman memainkan peran penting dalam perkembangan anak-anaknya. Adil Musthafa Abdul Halim dalam buku Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an menjelaskan, nasihat Luqman kepada anaknya mengandung beberapa dasar syariat bagi umat Islam.

Syariat tersebut di antaranya terdiri dari permasalahan akidah, dorongan untuk berbuat baik, etika berinteraksi kepada kedua orang tua, dan etika berinteraksi dengan diri sendiri. Wasiat Luqman merupakan pesan yang sangat berharga dan bijaksana, tidak hanya bagi anak-anaknya, tapi untuk dijadikan referensi seorang Ayah dalam membimbing dan membekali buah hati mereka hidup di kemudian hari.

Quraish Shihab dalam sebuah tausiyah di YouTube Channel memaparkan cara membentuk hubungan yang sehat dengan si kecil, layaknya sahabat.

“Jangan membentak dia (anak), jangan bebani dia melebihi kemampuannya, jangan maki dia kalau dia salah tapi doakan, sehingga hubungan antara orang tua dengan anak itu adalah bagaikan hubungan antar sahabat. Itu membuat anak tidak segan menyampaikan rahasia terdalamnya kepada orang tuanya,” kata Quraish Shihab.

Jadi Ayah, hadirlah dan tuntunlah anak dalam setiap langkah hidupnya. Meski fisikmu lelah karena seharian bekerja membanting tulang, namun ucapanmu, petuahmu, pesanmu, dan pujianmu bisa membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang baik dan bertanggung jawab.

Tidak perlu membentaknya, karena itu akan semakin menjauhkan ia darimu, membuatnya semakin kehilangan sosok ayah yang selama ini dirindukan. Hadirlah, berikan waktumu walau hanya 5 menit. Peluklah, bantulah anak untuk melepaskan kerinduannya walau itu hanya satu menit saja. Tersenyumlah, karena senyumanmu bisa membangun sebuah taman surgawi di hati mereka.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur