WARTAWAN Senior Teguh Santosa yang juga Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) mendapat kehormatan untuk menerima Press Card Number One (PCNO) alias Kartu Pers Nomor Satu dalam Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2024 di Ancol, Jakarta (19/2).
PCNO adalah sebuah bentuk pengakuan bagi insan pers yang menunjukkan kinerja profesional, dedikasi, dan pengorbanan untuk kepada dunia pers dan kemerdekaan pers di tahun-tahun pengabdiannya.
Selain Teguh Santosa yang juga merupakan Co-Founder Farah.id, nama lain yang menerima PCNO tahun ini adalah Norman Chaniago (PWI Pusat), Muhammad Syahrir (Sumatra Utara), Hasril Chaniago (Sumatra Barat), Kambali (Riau), Luna Agustin (Riau), Hermanto Ansam (Riau), Adhi Wargono (DKI Jakarta), Budi Nugraha (DKI Jakarta), Sri Mulyadi (Jawa Tengah), Achmad Zaenal Muttaqin (Jawa Tengah), Widiyartono (Jawa Tengah), Budiharjo (Bali), dan Sadagori Henoch Binti (Kalimanan Tengah).
PCNO diberikan kepada sejumlah nama sesuai SK Nomor 021-SK/PWI-P/HPN/I/2024 yang ditandatangani Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sekaligus Penanggung Jawab HPN 2024 Hendry Ch. Bangun dan Ketua HPN 2024 Marthen Selamet Susanto.
Disebutkan pula dalam Surat Keputusan tersebut, PCNO menyimbolkan upaya masyarakat pers untuk memperhatikan orang-orang yang patut menjadi teladan berdasarkan prestasi yang mereka capai, dengan harapan menjadi aspirasi bagi insan pers khususnya kaum muda, untuk bisa meneruskan jejak emas para penerima PCNO.
Teguh Santosa
Menjadi pendiri dan Ketua Umum JMSI, Teguh Santosa pernah mengemban sejumlah jabatan di dunia pers. Ia tercatat sebagai Ketua Bidang Luar Negeri PWI Pusat (2013-2018), Anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat (2018-2020), dan Wakil Presiden Confederation of ASEAN Journalists (2018).
Dedikasinya sebagai jurnalis juga telah mendunia. Teguh beberapa kali menjadi pembicara dalam forum internasional seperti di Korea Selatan, Korea Utara, Maroko, Venezuela, hingga Kuba. Termasuk juga menjadi observer Pemilu di Federasi Mikronesia (2009), Maroko (2011), serta Venezuela (2018 dan 2022).
Teguh juga menjadi salah satu petisioner masalah Sahara Barat di PBB. Ia telah tiga kali berpidato di markas PBB di New York yaitu tahun 2011, 2012, dan 2023.
Ayah tiga anak ini juga aktif menulis dan mempublikasikan karya jurnalistiknya ke dalam buku. Ia tercatat telah menerbitkan empat buku yaitu Komisi I (2009), Di Tepi Amu Darya (2018), Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik (2018), dan Buldozer dari Palestina (2022).
Atas kiprahnya di dunia pers, Teguh meraih sejumlah rekor MURI. Salah satunya, sebagai “Penulis Buku Wawancara dengan Duta Besar Negara Sahabat Terbanyak” untuk buku Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik serta Buldozer dari Palestina yang melibatkan 39 Duta Besar.
Lulus S1 Universitas Padjadjaran Bandung, S2 University of Hawaii at Manoa, dan pernah menimba ilmu di National University of Singapore, Teguh kini tengah fokus menyelesaikan pendidikan doktoral di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran.
KOMENTAR ANDA