Sakti S. Umbaran/akutahu
Sakti S. Umbaran/akutahu
KOMENTAR

SEJAK pertama kali kenal, entah berapa puluh tahun lalu,  Sakti Sawung Umbaran memiliki aura besar yang membuat orang merasa akrab dan bersahabat.

Sakti adalah wartawan olahraga Pos Kota, bahkan hingga pensiun. Ia bergabung di Seksi Olahraga ( Siwo) PWI Jaya yang di masanya unit kerja tingkat seksi itu sangat terkenal dengan berbagai kegiatan nasional dan internasional. Setara dengan PWI Jaya Seksi Film dan Kebudayaan yang juga terkenal di masanya. Saya tergabung  di Seksi Film dan tahun 1984 menjadi ketuanya.

Ada banyak kesamaan minat saya dengan Sakti. Pertama, saya suka bermain sepak bola, tetapi kemudian berhenti beberapa puluh tahun lalu, sedangkan Sakti masih terus, dan masih sering ikut main untuk pertandingan persahabatan. Maka, hingga usia lanjut, badannya ramping,  atletis, seperti tak menyimpan lemak.

Ilham Bintang mengirimkan doa untuk almarhum/Farah

Maka itu yang paling disesalinya mengapa  saya berhenti dan malah seakan trauma bermain bola lagi. Sering dia mengulang-ulang kenapa saya tidak tertarik bola lagi. Saya bilang, karena napas seperti semakin pendek. Kata dia, itu karena tidak pernah latihan.

Kesamaan kedua, sama-sama perokok. Kalau berkunjung ke PWI Pusat, dia akan nyelonong ke ruang saya. Satu-satunya ruang yang paling demokrtatis karena bisa merokok. Kalau saya sedang tidak di tempat Sakti minta izin lewat japri WA untuk merokok di ruangan saya.

Sakti tipikal sosok manusia merdeka, cuek, tak banya concong. Ia maunya enjoy, menghindar diskusi yang dianggapnya buang waktu. Jika di-WA Warga PWI tengah berlangsung diskusi seru, Sakti muncul dengan chat yang mengisyaratkan bosan mengikuti diskusi itu. Saya ingat pesannya, yang sering diulang-ulang, " Kita sering memandang kekurangan orang, tapi kita sendiri pun memiliki kekurangan."

Karangan bunga turut berduka cita dari PWI/Farah

Sakti aktif di media sosial, Facebook. Hampir setiap hari dia mengupload pesan di lamannya "mengejek" perdebatan di medsos. Selebihnya dia sering menyorot host acara penemuan bakat di televisi, tampaknya dia rajin mengikuti acara tersebut yang justru oleh sebagian kawan tidak melakukannya.

Terakhir saya membaca postingan itu di FB. Di WAG Warga PWI dua hari lalu, ia  menyampaikan pesan tidak akan menghadiri perayaan Hari Pers Nasional ( HPN 2024) karena sedang tidak enak badan.

HPN yang puncak acaranya dihadiri Presiden Jokowi itu berlangsung 17-20 Februari di Ancol. Tapi siapa menyangka, kabar selanjutnya tentang Sakti, ia meninggal dunia Selasa (20/2) petang, hanya sekitar dua jam setelah Presiden Jokowi menyampaikan amahnya pada puncak acara HPN 2024. Saya semula tak mau percaya itu, namun faktanya begitu.

Rabu (21/2) pagi bersama rekan Toto Irianto –mantan Pemred Pos Kota—kami melayat  jenasah almarhum, Sakti Sawung Umbaran bin Soerjo Soemanto  (70 tahun) di rumah duka di Tebet, Jakarta Selatan.

Sakti lahir 28 November 1953 dan meninggal dunia Selasa (20/2/24) petang, ba'da Maghrib. Ia meninggalkan seorang istri, Grace, dan Anggun Indah, anak semata wayangnya, serta seorang cucu.

Menurut Grace, kepergian Sakti sangat mendadak. Tiada keluhan apa-apa sebelumnya. Petang itu  pas  azan Maghrib, ia bergegas ambil wudhu dan segera mendirikan salat.

Seusai salat, Sakti naik ke tempat tidur untuk berbaring. Grace curiga ketika mendapatinya tidur mendengkur. Ia mencoba membangunkan suaminya. Instinknya bekerja. Grace merasa sesuatu telah terjadi. Maka ia pun berseru berulang -ulang, " jangan tinggalkan kami, jangan tinggalkan kami".

Sesaat  kemudian Grace  melarikan  Sakti ke RS Tebet. Tapi di sana dokter mengonfirmasi, Sakti Sawung Umbaran telah tiada. Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun. 

"Ya, kami ikhlas, sudah tiba waktunya bagi almarhum," kata Grace mencoba memendam duka.

Sakti adalah putra almarhum tokoh perfilman Soeryo Soemanti, pendiri Parfi ( Persatuan Artis Film Indonesia) dan menjadi ketua pertama organisasi itu. Ayahnya, merupakan  satu dari trio pendekar  / tokoh penting perfilman Indonesia. Dua lainnya : Djamaluddin Malik dan Usmar Ismail. Sakti, merupakan kemenakan tokoh wanita pergerakan dan Pahlawan Nasional SKH Trimurti.

Perpaduan antara ketegaran dalam hidup dan santai menjalaninya, membuat perginya menghadap Ilahi Rabbi pun amat tenang. Jenasah dimakamkan ba'da Dzuhur hari ini di TPU Menteng Pulo, Jakarta Pusat.

Selamat jalan, kawan.




Tempat Hangout Seru di Bogor: PutPit Tiam, Kopitiam dengan Paduan Tradisional dan Modern

Sebelumnya

Bulgogi, Hidangan yang Mencerminkan Budaya Kuliner Korea Selatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Horizon