Ilustrasi Gulbadan Begum
Ilustrasi Gulbadan Begum
KOMENTAR

ADALAH Kerajaan Mughal yang berdiri seperempat abad sesudah berdirinya Kerajaan Safawi. Kerajaan Mughal bukanlah Kerajaan Islam pertama di Anak Benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah itu terjadi pada masa Khalifah al-Walid, dari Dinasti Bani Ummayah. Penaklukkan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah, di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim.

Ada satu kisah yang nyaris hilang tentang perempuan Mughal. Bukan disengaja, namun demi menjaga kesopanan dan kesucian perempuan-perempuan ini. Dialah Gulbadan Begum, putri Mughal yang memimpin rombongan perempuan Kerajaan melakukan pelayaran perdana ke kota suci Mekkah dan Madinah.

Satu hari di musim gugur, tahun 1576, di usianya ke-53, Gulbadan – putri Babur, pendiri kerajaan Mughal – meninggalkan harem di Fatehpur Sikri Bersama 11 perempuan lainnya dari keluarga kerajaan. Perjalanan mereka tercatat berlangsung selama enam tahun.

Ruby Lal, seorang sejarawan dan penulis, dalam buku Vagabond Princess: The Great Adventures of Gulbadan, mencatat ziarah Gulbadan ke Mekkah bukan hanya dihiasi aksi keberanian dan Kebajikan, melainkan juga pemberontakan. Karya Ruby Lal ini baru saja dirilis di India dan akan disebar secara internasional di akhir Februari.

Gulbadan sendiri dipandang sebagai sejarawan perempuan pertama dan satu-satunya dari Kekaisaran Mushal. Dia berbicara tentang pengalaman hidup dalam buku sejarah Humayun-nama. Sayangnya, buku ini tidak merinci tentang petualangan Gulbadan, bahkan beberapa halamannya hilang.

Perjalanan ke Tanah Suci

Gulbada sendiri secara harfiah berarti ‘kulit berwarna mawar’. Dia lahir di Kabul pada 1523 dan putri dari Dildar Begum, istri tertua ketiga Kaisar Babur. Perempuan-perempuan di Mudhal berperan penting dalam urusan istana, sebagai orang kepercayaan, dan penasihat bagi para raja dan pangeran.

Pada Oktober 1576, Gulbadan dan 11 perempuan lainnya berangkat untuk berziarah ke Mekkah. Gulbadan meminta keponakannya, Akbar, untuk mengerahkan dua kapal besar Mughal pertama yang dibangunnya – Salimi dan Ilahi.

Rombongan kerajaan itu akhirnya berangkat dengan membawa peti-peti berlapis emas yang diisi dengan uang perak dan emas untuk sedekah. Lalu, uang tunai senilai ribuan rupee dan 12.000 ‘pakaian kehormatan’.

Sejak awal, perjalanan ini penuh marabahaya. Jalur laut ke Mekkah berada di bawah kendali Portugis yang terkenal sering membakar dan menjarah kapal-kapal Muslim. Jalur darat melalui Persia pun sama bahayanya, banyak kelompok militant yang sering menyerang para pelancong.

Gulbadan dan rombongan sempat terdampar di Pelabuhan Surat, hampir setahun lamanya, sebelum mereka bisa mendapatkan jalan yang aman dari serangan Portugis. Mereka lalu berlayar selama empat minggu, melintasi Laut Arab untuk mencapai Jeddah. Kemudian dilanjutkan dengan perjalanan dengan unta, melintasi gurun pasir yang panas untuk mencapai Mekkah.

Bagian yang menarik adalah ketika Gulbadan sampai di Mekkah dan memilih tinggal di Arab selama empat tahun. “Mereka sepakat untuk menjadi pengembara dan mujahidin (pejalan spiritual) di tanah gurun,” tulis Lal.

Di Mekkah, Gulbadan dan rekan-rekannya membagikan sedekah, koin, dan barang-barang lainnya. Namun, kedermawanan itu membuat marah Sultan Ottoman, Murad, karena dianggap sebagai bukti kekuatan politik Akbar.

Murad pun mengeluarkan empat maklumat, memerintahkan pengusiran Gulbadan dan para perempuan Mughal dari Arab. Gulbadan menolak pergi, hingga akhirnya Sultan Ottoman mengeluarkan maklumat kelima yang merupakan sebuah penghinaan terhadap para perempuan Kerajaan.

Mendengar itu, Akbar tidak senang. Pada 1580, Gulbadan dan rombongan akhirnya meninggalkan Arab. Mereka tiba di Khanwa, 60 km barat Fatehpur Sikri, pada 1582. Di sana Gulbadan dielu-elukan sebagai ‘nawab’ (penguasa) dan diundang untuk menjadi satu-satunya kontributor perempuan dalam Akbarnama, yaitu kumpulan catatan Sejarah yang merincikan keagungan dinasti Akbar.

Satu bagian dari Akbarnama menceritakan perjalanan Gulbadan ke Mekkah. Namun, masa hidupnya di Arab dan kecaman Sultan Murad, tidak disebutkan.




Ni Luh Puspa, Perempuan Asal Bali yang Mengemban Tugas Sebagai Wakil Menteri Pariwisata

Sebelumnya

Arifatul Choiri Fauzi, Mengemban Amanah Sebagai Menteri PPPA Kabinet Merah Putih

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women