DETEKSI dini gangguan pendengaran pada anak sangat penting karena gangguan pendengaran dapat menghambat kemampuan bahasa dan bicara, serta proses komunikasi saat bertambah dewasa.
Faktor penyebab gangguan pendengaran pada anak meliputi gangguan di telinga luar, tengah, dalam, serta faktor infeksi pada ibu hamil seperti toksoplasma, rubella, dan herpes. Deteksi dini dilakukan sejak bayi lahir dengan skrining pendengaran untuk memastikan respons terhadap suara.
Jika terdeteksi gangguan pendengaran, anak dapat disembuhkan total atau diberi rehabilitas atau alat bantu pendengaran. Pentingnya deteksi dini ini juga terkait dengan dampak psikologis dan sosial yang dapat dialami anak akibat gangguan pendengaran.
Deteksi dini dilakukan dengan mengamati reaksi anak terhadap suara atau tes fungsi pendengaran menggunakan metode sederhana, yang dapat dilakukan oleh guru, orang tua, atau petugas kesehatan.
Cara mencegah gangguan pendengaran pada bayi meliputi:
- Pemeriksaan Pendengaran Sebelum Usia 3 Bulan: Bayi lahir sebelum usia 3 bulan mendapatkan evaluasi pendengaran.
- Intervensi Sebelum Usia 6 Bulan: Bayi dengan gangguan pendengaran dilakukan intervensi sebelum usia 6 bulan.
- Pantau Pendengaran Secara Berkala: Bayi dengan risiko tinggi dipantau pendengaran berkala (tiap 6 bulan) selama 3 tahun.
- Pemeriksaan Pendengaran Obyektif: Evaluasi pendengaran pada bayi dan anak secara obyektif menggunakan alat seperti tympanometri, OAE, dan BERA/ASSR.
- Pemantauan Perkembangan Anak: Orang tua berperan penting memantau perkembangan anak di usia dini.
- Pemeriksaan Kelainan Khusus: Bayi dengan kelainan khusus seperti bayi premature, gangguan jalan lahir, atau bayi dengan gejala penyakit kuning, memerlukan pemerikaan kelainan khusus.
- Pemantauan Kondisi Ibu Hamil: Ibu hamil harus memantau kondisi kesehatannya, seperti tidak menggunakan obat-obatan yang ototoksik (menyebabkan reaksi toksisitas-red), dan mengurangi infeksi pada tubuhnya.
Nah, ayah bunda…jangan abai untuk melakukan deteksi dini ya.
KOMENTAR ANDA