Ilustrasi Ramadan/Samsu RIzal
Ilustrasi Ramadan/Samsu RIzal
KOMENTAR

RAMADAN sudah semakin mendekat, para Muslimah pun sudah menuntaskan penggantian utang puasa di tahun yang lalu. Kini, resah melanda lantaran harus membuat anggaran saat berpuasa, karena setiap kali Ramadan pengeluaran dapur melonjak tajam. Entah apa yang menyebabkan demikian. Jika dipikir, kebutuhan makan hanya dua kali saja, saat berbuka dan sahur.

Setahun lamanya manusia bergelimang hawa nafsu, maka saat Ramadan kita dilatih menyapih nafsu. Kalau tidak disapih, lama-kelamaan manusia dikuasai hawa nafsu. Ramadan merupakan momentum tepat menyapih hawa nafsu dan tegak lurus dengan ketakwaan yang kokoh.

Surat al-Baqarah ayat 183, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ayat di atas menegaskan tujuan berpuasa adalah takwa. Syeikh Mutawalli Sya’rawi pada buku Keistimewaan Puasa Menurut Syariat &Kedokteran (2007: 5) menguraikan, makna firman Allah setelah perintah untuk mengerjakan puasa adalah “Agar kamu bertakwa”.

Ya, tujuan ibadah puasa adalah agar manusia sampai pada derajat takwa. Takwa artinya wiqayah (melindungi diri). Kita bertakwa kepada Allah, artinya mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan menjauhkan apa yang dilarang. Apabila diri telah memasukkan nilai-nilai ketakwaan dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya, maka kita telah melindungi diri dari api neraka.

Di sini dapat dipahami mengapa ketika menjalani puasa Ramadan justru hawa nafsu merajalela, yaitu karena tidak tercapainya tujuan sehingga tidak ada ketakwaan yang berperan sebagai wiqayah atau perlindungan diri.

Akibatnya, jangan heran jika selama berpuasa keinginan makan justru tidak terkendali. Tidak hanya kebutuhan rumah tangga yang melonjak, tetapi juga berdampak negatif bagi kesehatan.

Syeikh Mutawalli Sya'rawi (2007: 5) menjelaskan, puasa sendiri dapat melindungi diri dari api neraka. Segala kemaksiatan timbul dari kejahatan hawa nafsu. Sedangkan puasa itu dapat melemahkan atau meminimalisir ruang gerak hawa nafsu dalam diri manusia.

Rasulullah Saw memberikan nasihat kepada para pemuda: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu di antara kalian untuk menikah, maka menikahlah. Barangsiapa yang belum mampu, hendaklah dia berpuasa karena puasa itu dapat mengekang hawa nafsu.”

Puasa itu bagaikan tameng yang menangkis gempuran hawa nafsu, sehingga Rasulullah menganjurkan berpuasa, termasuk saat di luar Ramadan.

Ramadan merupakan memontum yang sangat tepat. Kajian tentang keutamaan Ramadan dalam pengendalian hawa nafsu tidak akan berdampak maksimal jika hanya dijadikan bahan memperluas wawasan.

Untuk mengamalkannya secara optimal, maka terlebih dulu kuatkan niat yang kokoh untuk berani menyapih hawa nafsu. Tujuannya supaya di bulan suci kita sudah dalam posisi siap menjalankan ibadah puasa dan meraih takwa.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur