Ilustrasi/Diadona
Ilustrasi/Diadona
KOMENTAR

USTAD itu cukup pusing, karena suami istri yang bertengkar tersebut adalah sahabat baiknya. Pasangan tersebut memang sengaja menjadikan sang ustad sebagai tempat berkeluh kesah, menumpahkan semua kekesalan tentang pasangannya.

Menurut suami, banyak sekali kesalahan yang diperbuat oleh istri. Bahkan dirinya tidak habis pikir, sudah belasan tahun menikah masih saja sang istri tidak paham mana yang terbaik versi suaminya. Sang istri sendiri sebenarnya tidak galak. Tapi menurutnya, semua tingkah laku sang suami salah di matanya. Itulah mengapa pasutri itu terus bertengkar seperti tidak ada habisnya.

Isham Muhammad Asy-Syarif dalam buku Selamat Datang Istri Impian (2008: 101) menulis, memaafkan dan berprasangka baik adalah di antara cara yang paling mujarab -dengan izin Allah- untuk menyelesaikan masalah antara suami istri. Berprasangka baik dan memaafkan kesalahan orang lain adalah cara untuk melanggengkan kebahagiaan antara suami istri.

Pasangan suami istri hidup dalam Iingkungan yang berbeda dari Iingkungan sebelumnya dan tradisi merekapun berbeda, mulai dari karakter, perasaan, serta cara bergaul. Pasti di antara mereka berdua akan terjadi perselisihan dan ketidak saling pahaman. Karenanya, dianjurkan bagi suami istri untuk berprasangka baik dan memaafkan kesalahan.

Sejatinya, manusia itu memang tempatnya salah dan khilaf. Mau bagaimana lagi, manusia diciptakan bukan dalam kesempurnaan. Kesalahan pasangan merupakan sarana untuk menguji kekuatan cinta. Kita bisa menakar cinta terhadap pasangan dengan berkaca pada kesalahannya dan kemampuan dalam memaafkannya.

Mengapa bisa ditemukan banyak sekali kesalahan suami atau istri? Sebab di sisinya kita hidup bersama dalam waktu yang lama, sehingga salah atau benar akan sangat banyak ditemukan.

Kenapa kesalahan pria atau wanita lain terasa sedikit sekali atau nyaris tidak ada? Ya, karena interaksi kita sangat terbatas dengan pihak lain, atau interaksi yang berlangsung hanya dalam koridor normatif belaka.

Anggaplah pasangan memang benar-benar salah, tetapi itu bukanlah sesuatu yang benar-benar buruk, karena setiap dosa saja bisa diampuni Allah. Justru dengan saling memaafkan pasangan, itu pertanda baik bahwasanya cinta masih kuat.

Dengan banyaknya kesalahan pasangan, dapat diketahui betapa dalam rasa cinta sebab mampu memaafkan. Itu semua memang memerlukan energi yang sangat-sangat besar, membutuhkan energi yang mampu mematahkan dahsyatnya ego diri sendiri. Betapapun tingginya ego, maka energi cinta mampu menaklukkannya.

Maafkanlah, maka cintamu akan terus bersemi. Kenapa? Ini sulit dijelaskan dan sebaiknya dilaksanakan saja. Setelah dengan setulus-tulusnya memaafkan pasangan, insyaAllah hati menjadi sejuk, lapang, dan selalu bersemi cinta yang mekar.

Apabila kesalahan terus berulang, kembali maafkan dengan energi cinta. Ingat, sabar tidak ada batasnya. Sabar itu luas dan tak terhingga. Memaafkan itu tidak akan pernah habis oleh hati yang mencintai.

Memaafkan pasangan sesungguhnya membebaskan diri dari pedihnya terbakar oleh amarah. Memaafkan itu adalah aksi memadamkan kobaran ego dengan siraman air murni cinta. Pasangan memerlukan waktu dan bisa juga jatuh bangun dalam memperbaiki kesalahan demi kesalahan. Dan dengan memaafkannya, sungguh kita memberikan kepercayaan bahwa perubahan adalah hak setiap yang dicintai.




Menyongsong Resesi 2025 dengan Ketenangan Batin

Sebelumnya

Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur