Ilustrasi bisikan setan/Aswaja
Ilustrasi bisikan setan/Aswaja
KOMENTAR

SETAN pandai sekali menyulap perbuatan buruk atau tercela menjadi baik atau malah hebat. Itulah mengapa orang-orang yang melakukan kejahatan justru merasa telah berbuat kebaikan. Tidak jarang pula kejahatan dilakukan dengan menyebut nama Allah.

Maka, apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya (oleh setan), lalu menganggap baik perbuatannya itu (sama dengan yang mendapat petunjuk)?” (Al-Fathir: ayat 8)

Hamka pada Tafsir al-Azhar Jilid 7 (2020: 349) menulis, amalan yang pada hakikatnya adalah seburuk-buruk amalan, bisa saja karena rayuan dan perdayaan setan, amal yang buruk itu dielok-elokkan oleh setan, dipuji, disanjung.

Suatu perbuatan yang sangat jahat, yang tidak disetujui oleh pikiran waras, yang disebut juga mungkar, karena pandainya setan merayu bisa saja dirasakan oleh yang beramal paling buruk itu bahwa itu adalah perbuatan baik. Itu namanya yang tidak elok lalu dielok-elokkan.

Trik setan menyulap keburukan menjadi baik sudah demikian populer. Hanya saja, setan mafhum bahwa tidak setiap manusia dapat dijerumuskan dalam kejahatan, sehingga setan juga bermain pada amal-amal yang sesungguhnya baik, tetapi malah ditunggangi bahkan disesatkan.

Seperti ini contohnya. Seorang ahli ibadah tidak akan disesatkan oleh setan dengan kekejian atau kemungkaran. Setan akan memompa hatinya agar merasa lebih baik dari orang-orang lain. Berdasarkan ibadahnya yang luar biasa, setan menggelincirkannya kepada jurang kesombongan.

Maka jadilah orang yang ahli ibadah itu kehilangan rasa tawadhu sebab merasa lebih tinggi derajatnya dibandingkan manusia yang lain. Dan ia juga merasa lebih mulia. Itulah orang-orang yang gagal meraih keridaan Allah.

Menjadi ahli ibadah adalah sesuatu yang agung. Namun berhati-hatilah pada trik setan yang sangatlah halus merasuki manusia dan membuat amalan-amalan baik itu ditunggangi untuk menjerumuskan kepada perasaan yang dimurkai Allah.

Sombong tidak melulu berkaitan dengan kekayaan atau jabatan, amalan baik pun kesombongan bisa disemai oleh setan. Seperti diungkap Muhammad Ali al-Hasyimi pada buku Kepribadian Wanita Muslimah (2019: 273).

Dia menulis, sombong adalah salah satu sifat Allah dan manusia lemah tidak berhak untuk memiliki sifat tersebut. Mereka yang arogan dan pongah terjerumus ke dalam penyerupaan sifat Allah, menandingi salah satu karakter Sang Pencipta Yang Maha Perkasa, sehingga mereka layak mendapat siksa yang pedih.

Banyak hadis mengingatkan manusia beriman akan godaan bersikap sombong. Nabi Muhammad Saw pun menggunakan berbagai metode untuk mengingatkan umat yang taat agar terlindungi dari penyakit arogansi yang buruk.

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa bangga terhadap dirinya sendiri atau berjalan dengan kesombongan, ia akan berhadapan dengan Allah dalam keadaan marah.”

Demikian licinnya setan merasuki para ahli ibadah yang diperdaya dengan amalan-amalan baik, tetapi sesungguhnya digelincirkan dalam kesombongan.  Dalam wujud lain, setan dapat memanfaatkan ketulusan dan kecintaan seseorang terhadap agamanya untuk menggiring mereka ke arah fanatisme yang berlebihan. Betapa sering kita lihat orang yang fanatik akhirnya memaksakan kebenaran versinya sendiri dan merugikan pihak-pihak lain.

Berhati-hatilah menjaga hati kita. Sehebat apapun kebaikan yang dilakukan, tetaplah rendah hati. Bernaunglah dalam tawadhu, sehingga setan tidak menunggangi amalan kebajikan yang kita lakukan.(F)




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur