Ilustrasi puasa/Freepik
Ilustrasi puasa/Freepik
KOMENTAR

PUASA ditegaskan sebagai suatu junnah atau perisai. Rasulullah Saw menjelaskan bahwasanya puasa memiliki makna yang dalam, yaitu sebagai sarana perlindungan bagi jiwa dan tubuh. Konsep ini dapat ditemukan dalam banyak hadis yang menggambarkan puasa sebagai tameng yang melindungi manusia dari api neraka.

Musthafa Dieb al-Bugha pada buku Al-Wafi Syarah Hadis Arbain Imam an-Nawawi (2015: 225-226) menerangkan, Muadz bin Jabal berkata, “Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku sebuah amal perbuatan yang bisa memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka”.

Rasulullah menjawab, “Sungguh, engkau telah bertanya tentang sebuah perkara besar. Namun, hal itu mudah bagi orang yang dimudahkan Allah. Sembahlah Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan salat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan pergi haji ke Baitullah.”

Kemudian Rasulullah bersabda, “Maukah kamu aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? (Yaitu) puasa adalah perisai, sedekah itu menghapus dosa seperti air memadamkan api, dan salat malam.”

Tak lupa Nabi Muhammad mengajarkan Muadz tentang pintu-pintu kebaikan yang bisa membawa seseorang lebih dekat kepada surga. Bahwasanya puasa, sebagai perisai, bukan hanya membantu seseorang menjaga diri dari dosa-dosa, tetapi juga memperkuat ketaatan dan kepatuhan kepada Allah.

Dari dialog ini kita bisa memetik pemahaman yang mendalam tentang ajaran kebaikan dan amal perbuatan yang membawa ke surga. Kita diajak untuk menerapkan ajaran-ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari, mengamalkannya dengan tulus dan ikhlas. Dengan harapan agar kita dapat mengikuti jejak para sahabat yang mulia, seperti Muadz bin Jabal, dalam meraih kebahagiaan abadi di akhirat.

Thâriq Muhammad Suwaidân dalam buku Rahasia Puasa Menurut 4 Mazhab (2013: 204-205) memaparkan, dalam sebuah hadisnya Rasulullah menjelaskan bahwa puasa adalah junnah. Hal ini sangat tepat karena junnah mempunyai arti “penutup, tameng, perisai, dan senjata yang dijadikan pelindung bagi seorang tentara.”

Mutharrif meriwayatkan, aku menemui Utsman bin Abi al-Ash. Dia menghidangkan susu kepadaku. Lalu aku katakan kepadanya bahwa aku sedang berpuasa. Lalu Utsman bin Abi al-'Ash menyatakan, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Puasa itu seperti perisai yang dipakai oleh sahib satu di antara kalian saat berperang.” (HR. Nasa’i)

Penjelasan tersebut adalah tentang hikmah puasa dari sisi keagamaan. Adapun dipandang dari sisi kesehatan jasmani, sesungguhnya riset modern telah membuktikan bahwa puasa juga dapat menjaga tubuh dari berbagai penyakit. Selain itu dapat membersihkan racun-racun tubuh.

Puasa sebagai junnah mencakup perisai diri secara lahiriah dan batiniah. Dari sudut pandang keagamaan, puasa memang memiliki makna yang mendalam. Ia tidak hanya memperkuat ketahanan spiritual seseorang, tetapi juga menjaga dari perbuatan yang tidak senonoh dan membangun kesabaran serta kontrol diri. Dengan puasa, seseorang belajar menahan hawa nafsunya, memperkuat ikatan dengan Allah, dan meningkatkan kepedulian sosial terhadap sesama.

Namun, selain manfaat spiritualnya, puasa juga memiliki dampak positif bagi kesehatan jasmani. Riset modern telah membuktikan bahwa puasa memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesehatan. Puasa tidak hanya membantu dalam proses detoksifikasi tubuh dengan membersihkan racun-racun yang terakumulasi dalam tubuh, tetapi juga dapat mengurangi risiko berbagai penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan bahkan kanker.

Puasa juga dapat memperbaiki metabolisme tubuh, meningkatkan fungsi otak, dan meningkatkan daya tahan tubuh secara keseluruhan. Dengan menjaga pola makan dan gaya hidup yang sehat selama bulan puasa, seseorang dapat merasakan manfaat ini dengan lebih jelas.

Dengan demikian, puasa tidak hanya menjadi bagian integral dari ibadah dalam agama Islam, tetapi juga menjadi sumber kebaikan bagi kesehatan jasmani. Konsep puasa sebagai junnah, atau perisai, mencakup perlindungan baik secara spiritual maupun fisik, yang menegaskan kebijaksanaan ajaran Islam yang mencakup aspek keseluruhan kehidupan manusia.

Oleh karena itu, mari manfaatkan bulan puasa dengan sebaik-baiknya, tidak hanya untuk mempererat hubungan dengan Allah, tetapi juga untuk memperkuat kesehatan dan kesejahteraan kita secara keseluruhan.(F)




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur