Segerakan berbuka puasa, meski hanya dengan sebutir kurma/Freepik
Segerakan berbuka puasa, meski hanya dengan sebutir kurma/Freepik
KOMENTAR

IFTHAR tidak cukup dipahami sebagai kegiatan makan dan minum karena padanya terdapat kasih sayang yang tiada tara. Tidak ada unsur penyiksaan dalan ibadah shaum, sebab selain adanya sahur juga terdapat anjuran menyegerakan berbuka puasa. Bahkan tersedia keutamaan bagi siapa saja yang bersegera dalam ifthar.

 

Raghib As-Sirjani dalam buku Nabi Sang Penyayang (2014: 107) menerangkan keutamaan menyegerakan buka puasa sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasulullah:

Rasulullah Saw menjadikan pahala yang lebih utama dan lebih agung bagi orang yang menyegerakan berbuka puasa, karena hal ini lebih memacu terhadap kasih sayang. Kemudian beliau bersabda, “Manusia masih berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa.”

Banyak sekali kebaikan yang dikandung dalam ifthar, sehingga buka puasa itu hendaknya tidak dilalaikan. Ifthar bukan hanya memberi asupan bagi tubuh, tetapi juga keberkahan dalam bingkai ketaatan.

Syaikh Ash-Shafuri dalam bukunya Nasihat Langit Penenteram Jiwa (2020: 123) mengungkapkan, Rasulullah bersabda dalam hadis Qudsi, Allah berfirman: “Hamba yang paling Aku cintai adalah hamba-Ku yang paling cepat berbuka puasa."

Rasulullah juga bersabda: “Tiga hal yang dicintai oleh Allah, yaitu menyegerakan berbuka puasa, mengakhirkan sahur, dan meletakkan salah satu tangan di atas tangan yang lain dalam salat”.

Sabda Nabi: “Manusia terus-menerus berada dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka puasa”.

Imam Ahmad pun menambahkan, “Dan selama mereka mengakhirkan sahur."

Sesungguhnya, beliau tidak pernah salat Magrib setiap kali berpuasa, sebelum berbuka. Sebaliknya, kaum Yahudi dan Nasrani mengakhirkan buka puasa mereka dan tidak bersahur.

Kasih sayang Allah Swt tercurahkan kepada siapa saja yang menyegerakan berbuka puasa. Karena setelah seharian tubuh menanggung lapar dahaga, maka Allah dan Rasulullah memotivasi agar kita segera memberi asupan bagi tubuh tatkala berbuka. Terlihat di sini, tujuan berpuasa bukan menyiksa melainkan memberi keadilan kepada tubuh manusia.

Hal ini pula yang membedakan dengan puasanya kaum Yahudi dan Nasrani, yang mana mereka tidak sahur dan mengakhirkan berbuka. Dengan menyegerakan berbuka puasa, umat Islam telah menunjukkan identitas agamanya.

Dengan segera berbuka puasa, kita memiliki energi lagi untuk mengisi ibadah di malam Ramadan. Karena setelah berbuka, masih ada rangkaian ibadah salat tarawih dan witir, serta juga salat tahajud, tadarus dan ibadah lainnya.

Buka puasa ini sangatlah penting, sehingga tidak baik jika sampai ditunda-tunda tanpa alasan yang kuat. Barangkali ada hambatan bagi kita untuk segera berbuka puasa, maka kondisi yang tidak kondusif itu bisa dimaklumi. Akan tetapi melakukan upaya yang bersungguh-sungguh untuk menyegerakan berbuka merupakan kebaikan yang dicintai Allah dan Rasulullah.

Namun demikian, segera berbuka puasa hendaklah tetap dalam kontrol diri yang kuat. Jangan menggebu-gebu hingga berbuka secara berlebihan dan berakhir pada tubuh terasa berat dan tidak sanggup menunaikan salat. 

Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nida pada Ensiklopedi Adab Islam (2007: 140) menjelaskan, berpuasa akan mempersempit saluran pencernaan dan membiasakan diri seseorang untuk menahan lapar. Jika mengejutkan lambung dengan banyak makanan setelah ia berpuasa, maka hal itu sangat memudaratkan kesehatannya. Hikmah berpuasa pun akan lenyap.

Penting bagi setiap individu yang menjalani puasa untuk memperhatikan pola makan yang sehat dan seimbang. Penting sekali memilih makanan yang bergizi dan mengonsumsinya dalam porsi yang sehat.

Ketika menyegerakan berbuka puasa, maka kita disayangi Allah dan Rasulullah. Akan tetapi bersegera bukan berarti terburu-buru apalagi sampai makan minum secara berlebihan.




Menyongsong Resesi 2025 dengan Ketenangan Batin

Sebelumnya

Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur