SUHU udara yang makin tinggi akan berbanding lurus dengan gigitan nyamuk. Itu artinya, saat cuaca semakin panas dan kering, maka nyamuk akan semakin sering menggigit.
Dalam keterangannya (21/3), Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI Imran Pambudi menjelaskan bahwa pada suhu 30 derajat ke atas, nyamuk akan menggigit lebih sering 2,5 kali lipat dibanding pada suhu yang lebih rendah.
Adapun di sepanjang tahun 2024, suhu cuaca memang terasa lebih panas dibandingkan tahun lalu. Namun di sisi lain, tingkat curah hujan juga dapat dikatakan cukup tinggi. Jika pada tahun lalu kita masuk mengalami El-Nino yang kering, maka di tahun ini kita mengalami mid La-Nina dengan suhu panas dan curah hujan tinggi.
Kondisi tersebut menjadi berbahaya bagi masyarakat karena dapat meningkatkan tingkat keganasan nyamuk Aedes Aegepti yang merupakan penyebab demam berdarah.
Selain itu, curah hujan yang tidak merata di sejumlah daerah justru memperbanyak tempat perkembangbiakan nyamuk (breeding place) dalam bentuk genangan air juga air yang tertahan di satu tempat lalu menjadi kotor.
Dengan demikian, sarang nyamuk akan semakin banyak, jumlah nyamuk bertambah banyak, dan nyamuk pun semakin ganas.
Sebagai antisipasi, Imran Pambudi mengimbau masyarakat selalu menjalankan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebagai bagian dari gaya hidup sehat dan bersih. Tak hanya itu, masyarakat juga harus memastikan tempat penampungan air yang ada di rumah tidak berisi jentik nyamuk dan airnya pun jernih (tidak keruh).
Masyarakat juga diharapkan dapat menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit. Terlebih lagi, umat Islam di Tanah Air akan segera melakukan tradisi mudik sebelum lebaran tiba. Yang mana, kondisi mudik menjadi salah satu momen terbukanya penularan. Jangan lupa menjaga tubuh tetap sehat untuk menghindari terinfeksi virus dan bakteri.
KOMENTAR ANDA