Ilustrasi perempuan berhijab/Freepik
Ilustrasi perempuan berhijab/Freepik
KOMENTAR

KALIMAT “Jangan jadi muslim prasmanan” diucapkan dai muda Handy Bonny dalam kajian Tarhib Ramadhan RISKA (Remaja Islam Sunda Kelapa) yang digelar di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta tiga hari menjelang Ramadan 1445 H.

Menurut Ustadz Handy Bonny, muslim prasmanan mengacu pada seorang muslim yang pilih-pilih dalam urusan ketaatan kepada Allah Swt. Layaknya seorang tamu pesta yang disuguhi hidangan prasmanan, ia hanya mengambil makanan yang disukai dan meninggalkan apa yang tidak disukai.

Begitu pula muslim prasmanan. Dalam mengerjakan perintah Allah, ia memilih mana yang ia sukai. Misalnya, ia menaati perintah untuk mengerjakan salat lima waktu, bersedekah, dan tidak minum minuman yang memabukkan.

Namun di sisi lain, seorang muslimah misalnya, tidak mau menutup aurat dengan sempurna dan tidak mau meninggalkan hubungan percintaan sebelum menikah (pacaran).

Itu artinya, dalam mengerjakan amal saleh, dia memilih mana yang disukai dan mana yang tidak dia sukai. Persis seperti memilih hidangan prasmanan.

“Padahal sejatinya kita adalah hamba Allah, yang artinya dalam melakukan kebaikan atau amal saleh, itu berdasarkan apa yang Allah sukai, bukan berdasarkan apa yang kita sukai,” tegas Ustadz Handy Bonny yang mendalami ilmu agama di Daarut Tauhid Bandung ini.

Ketika seorang hamba ingin mengerjakan sebuah perbuatan, dia akan berpikir lebih dulu ‘apakah ini sesuatu yang disukai Allah?’ dan ‘apakah ini sesuatu yang dibenci Allah?’.

Jika jawabannya adalah sesuatu yang disukai Allah, maka dia akan mengerjakannya. Tak peduli seberapa beratnya, tak peduli bahwa perbuatan itu akan menjauhkannya dari pergaulan dunia modern. Semata karena dia tahu perbuatan itu disukai oleh Allah.

Mengapa kita harus melakukan apa yang disukai Allah? Karena kita adalah hamba yang mengharap surga-Nya kelak, dan kita tahu bahwa masuknya kita ke dalam surga semata karena rida Allah kepada kita. Bukan tergantung pada banyaknya amal saleh yang kita kerjakan. Apalagi jika amal salehnya hanya segelintir, sesuai yang kita sukai, sementara sumber pahala lainnya tidak kita gubris.

Jika kita menjadi muslim prasmanan, akankah Allah rida pada kita untuk memasuki surga-Nya?




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur